Mohon tunggu...
Tholut Hasan
Tholut Hasan Mohon Tunggu... Guru - Maaf

Maaf

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sekarang Kita Fathrah

6 Juni 2019   15:13 Diperbarui: 6 Juni 2019   15:16 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bersykur kepada Allah kita semua telah dikasih kesempatan untuk mencium harumnya hari raya idul fitri. Itu berarti kita semua dalam keadaan suci seperti bayi yang baru lahir dengan tanpa membawa beban dosa dan pahala. Kalau diibaratkan kosong kosong. Antara dosa dan pahala tidak ada yang diperoleh satupun. Kenapa kok demikian? Karena kita telah melewati bulan yang penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan. Di mana amal ibadah dilipat gandakan seribu kali. Jangankan amal kebaikan, tidur pun diganjar oleh Allah.

Istilah idul fitri dalam bahasa arab berartikan kembali suci. Suci dari dosa seperti bayi yang baru lahir. Atau orang yang hidup di masa sebelum diutusnya  utusan, kemaksiatan yang mereka lakukan tidak dihitung dosa. Oleh sebab itulah masa sebelum terutusnya seorang utusan itu disebut masa fatrhah. Allah berfirman dalam al-Qur'an;

Dan Kami tidak mengazab sebelum Kami mengutus seorang utusan (QS.al-Isra';17:15)

Sebelum Ramadhan datang, tentu kita lebih banyak dosanya daripada pahala yang didapatkan. Kalau pun sama yang didapatkan antara dosa dan pahala itu sangat untung sekali. Namun melihat mayoritas orang-orang dalam satu tahun selain bulan Ramadhan kita semua lebih banyak dosanya daripada pahalanya. 

Kemudian datang bulan yang sangat mulia, yaitu bulan Ramadhan dimana amal ibadah dilipat gandakan seribu kali lipat. Masih diberi bonus oleh Allah yang berupa lailatul qadar. Satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jika di total dosa yang didapatka selama satu tahun selain bulan Ramadhan, kemudian dikurangi dengan pahala yang kita dapatkan dibulan yang penuh berkah, maka hasilnya sama, bahkan banyak yang lebih unggul pahalanya daripada dosanya. Oleh karena itulah setelah melewati Ramadhan dikenal dengan istilah idul fitri.

Maka, jika kita semua sudah dalam keadaan suci, sebisa mungkin kita tidak mengkotori diri kita dengan hal-hal yang dilarang oleh agama. Usahakan kita menjauhi kemaksiatan kepada Allah. 

Seperti bayi, jika sejak lahir dia diberi makanan yang syubhat apalagi haram, maka kelak jika sudah besar akan menjadi pemuda yang merusak agama, hari-harinya dihabiskan dengan berfoya-foya. Kenapa? Karena sejak awal apa yang masuk pada dirinya perkara haram, sedangkan perkara haram akan menghambat orang itu untuk berbuat kebaikan. 

Namun jika bayi itu sejak lahir disuguhi sesuatu yang halal, dijauhkan dari perkara syubhat apalagi haram, maka kelak jika sudah besar apa yang dilakukan akan baik-baik. Contohnya, Imam Syafi'i. sejak kecil beliau disuguhi sesuatu yang berbau halal, bahkan kedua orangtuanya enggan untuk memakan barang syubhat.

Jadi, penulis tegaskan kembali, selagi kita dalam keadaan suci, maka jangan kotori jiwa dan raga kita dengan sesuatu yang berbau kemaksiatan. Agar dirinya selalu dalam keadaan suci dan selalu melakukan kebaikan serta meningkatkan amal ibdah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun