Mohon tunggu...
Thifal Augista
Thifal Augista Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesenian Antan Delapan

24 Januari 2022   08:00 Diperbarui: 24 Januari 2022   09:29 1806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara multikultur, dimana negara ini diduduki oleh orang yang memiliki budaya yang berbeda. Keberagaman suku, budaya, dan tradisi local yang dimiliki sangat kaya akan nilai -- nilai luhur dan berbagai macam tradisi yang tak tenilai harganya. Perbedaan suku bangsa, adat istiadat dan kedaerahan sering disebut sebagai ciri khas masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk.

Salah satu diantara banyaknya tradisi lokal ataupun kesenian di Indonesia adalah kesenian Antan Delapan yang berasal dari Sumatera Selatan. Kesenian tradisional ini berkembang tepatnya di Desa Penyandingan, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim. Antan Delapan  adalah salah satu kesenian tradisional yang menampilkan tari-tarian yang diiringi dengan sekelompok pemain musik dan vocal. Vokal dalam kesenian ini berupa tembang yang berisi pantun tentang kehidupan nyata di masyarakat pedesaan. Gerakan tari yang ditampilkan juga merupakan penggambaran dari pekerjaan masyarakat pedesaan sehari-hari.

Antan Delapan merupakan kesenian kerakyatan yang sudah ada sejak zaman dahulu yang diwariskan secara turun-temurun dan tidak diketahui penciptanya. Tetapi kesenian diperkirakan hadir sebelum Belanda masuk ke desa penyandingan yaitu sekitar tahun 1900 dan mengalami perkembangan yang pesat. Dahulu Antan Delapan berfungsi sebagai media pergaulan dan pencarian jodoh. Artinya pementasan tersebut digunakan untuk mempertemukan para gadis dan pemuda desa Penyandingan untuk kemudian melakukan pendekatan. Tetapi sekarang fungsi tersebut sudah tidak ada lagi dan berubah fungsi menjadi media hiburan warga setempat.

Selain perubahan fungsi, kesenian ini juga mengalami perubahan dalam pelaksanaanya. Mulanya Antan Delapan hanya diiringi oleh sebuah alat penumbuk kopi yang terbuat dari kayu yaitu antan dan lesung. Antan dan lesung yang digunakan sebgai pengiring musik mempunyai delapan batang antan dan delapan lubang lesung yang dibuat sejajar dan menggunakan tenaga air sebagai alat penggeraknya sehingga menghasilkan suara yang berirama. Sedangkan sekarang, alat musik pengiring yang digunakan sudah lebih modern, seperti keyboard, gitar, tamborin, dan lain-lain. Meskipun alat musik pengiring selalu berubah mengikuti perubahan zaman, tetapi ciri khas saling berbalas pantun dan dan pola pukulan antan tetap dipertahankan.

Kesenian Antan Delapan ini harus tetap dijaga kelestariannya, tidak hanya ditampilkan dalam acara hajatan namun juga bisa ditampilkan dalam acara-acara besar lainnya agar seluruh masyarakat di kabupaten Muara Enim merasa bangga dengan adanya kesenian ini. Selain itu, kesenian ini harus diturunkan pada generasi muda di daerah agar tidak semakin tergerus dan nantinya menghilang. Dengan adanya pemuda daerah inilah diharapkan agar kesenian Antan Delapan ini bisa berkembang tidak hanya di Sumatera Selatan, namun juga bisa di perkenalkan ke seluruh Indonesia ataupun dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun