Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Masa Pensiun, Sedih atau Senang?

3 Agustus 2022   13:30 Diperbarui: 3 Agustus 2022   13:32 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa Pensiun, Sedih atau Senang?

Sebulan sebelum memasuki masa pensiun saya mulai mendoktrin diri bahwa sebentar lagi tempatku bukan di situ. Saya menyadarkan diri bahwa waktu akan tiba, saya bukan siapa-siapa di sekolah itu. Murid-murid tak akan menyapa diri saya dengan sebutan Bu Guru. Bahkan mereka tidak akan mengenal diri saya.

Seminggu sebelum waktu benar-benar tiba saya katakan, "Jangan menangis, jangan keluarkan air mata di hadapan para guru dan karyawan." Mendekati hari H semakin sering saya mengatakan hal itu dalam hati.

Waktunya tiba, saya benar-benar harus meninggalkan tempat kerjaku sebagai guru. Waktu yang cukup  lama telah menorehkan kata di setiap sudut gedung tempat saya bekerja ini. Orang-orang yang hampir setiap hari saya temui memberikan cerita tersendiri dalam lembaran sejarah kehidupan saya.

Acara perpisahan yang diadakan menandai berakhirnya seluruh tugas saya di sekolah ini. Acara yang dikemas lain daripada biasanya ini memang sangat mengharukan. Tetesan air mata dari teman-teman seprofesi mewarnai acara ini.

Saya merasa berhasil ketika tak ada setitik pun air mata turun di pipi. Padahal biasanya saya mudah terpancing untuk menangis. Bahkan ada yang bertanya, "Kenapa Ibu tidak menangis?" Saya menanggapi pertanyaan itu dengan senyum saja. Saya tak inginkan mereka tahu begitu berat hal yang saya lakukan beberapa hari ini. Meyakinkan diri bahwa saya harus tetap hidup meskipun sudah pensiun.  Saya berusaha memberi pengertian kepada diri sendiri mulai hari itu saya bukan siapa-siapa di tempat ini.

Kini setahun telah berlalu. Saya menjalani masa-masa di rumah tanpa bertemu dan berkomunikasi dengan murid dan lingkungan sekolah. Saya telah menjadi bukan siapa-siapa dari sebuah lembaga pendidikan yang pernah menghidupi saya.

Bersyukur saya tidak sedih karenanya. Bersyukur karena saya bisa menyelesaikan tugas sebagai guru sesuai dengan aturan yang berlaku.

Kini waktunya saya mendidik diri dengan lebih baik, mensyukuri tiap detik waktu yang masih bisa saya rasakan. Banyak hal yang bisa saya lakukan. Saya ikut melibatkan diri dalam kegiatan sosial dalam komunitas-komunitas tertentu. Salah satunya adalah dengan mengikuti kelompok paduan suara di mana saya sebagai organisnya/pengiring.

Tuhan memberi talenta kepada saya untuk bermain musik khususnya organ. Sudah selayaknya saya merawat talenta itu untuk memuji keagungan nama-Nya. Sebagian waktu saya juga saya gunakan untuk mendampingi anak-anak yang berkemauan menjadi organis gereja. Talenta saya memang tidak banyak, namun saya tetap membagikan kepada mereka yang memerlukan.

Masa pensiunku tidak menyedihkan. Saya masih bisa tersenyum, tertawa, dan berbagi cerita kepada banyak orang. Tersedia banyak waktu untuk diri sendiri, namun masih tetap ada waktu untuk orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun