Mereka yang Tak Kenal Corona
Saya tinggal di sebuah perkampungan yang tidak terlalu padat. Bangunan rumah lama berbaur dengan rumah-rumah baru yang modern. Rumah lama selalu ditandai dengan halaman yang luas. Sedangkan rumah yang baru cenderung tanpa halaman. Rumahku termasuk di antaranya.
Di sebelah rumahku  tersisa sedikit tanah kosong. Dulu tanah ini merupakan kebun pisang. Setelah pemiliknya berpindah tempat tinggal, tanaman-tanaman itu tak diurus dan akhirnya mati. Kini tempat itu beralih fungsi menjadi tempat bermain anak-anak.
Mereka yang kebanyakan laki-laki menggunakan tempat itu untuk bermain setiap hari. Ada saja yang mereka mainkan. Mulai dari sepak bola, petak umpet, kelereng, juga main layangan. Sepertinya mereka tak pernah kehabisan ide untuk menggunakan waktu. Dalam sehari mereka bisa berkumpul di tempat itu untuk bermain sampai beberapa kali. Tak peduli pagi, siang atau pun sore. Seakan di situlah rumah ke-dua yang sangat menyenangkan.
Kegiatan belajar hanya dilakukan beberapa saat saja yaitu pada pagi hari. Sore hari biasanya mereka gunakan waktu untuk mengaji. Selebihnya mereka akan  bersenang-senang. Saya mengatakan begitu karena tak pernah terlihat wajah mereka yang sedih. Teriakan riang diikuti tawa yang panjang menandakan hati mereka yang gembira. Hujan dan panas merupakan keseharian mereka. Mereka tak pedulikan keadaan alam. Cuaca tak pernah menghalangi mereka untuk berkumpul.
Di saat terik matahari mereka bermain ditemani  debu yang beterbangan oleh ulah kaki mereka. Keringat yang bercucuran  membuat dengan mudah debu itu menempel. Pada saat gerimis mereka pun tak berhenti melakukan aktivitas. Sedangkan pada saat hujan mulai deras mereka memanfaatkannya untuk mandi. Mereka akan mencari rumah-rumah dengan talang besar sehingga terasa seakan mandi di pancuran. "Hemmm, indahnya dunia mereka."
Ada yang membuat saya heran. Anak-anak ini tak pernah menggunakan masker selama bermain. Mereka juga jarang sekali menjaga jarak. Bahkan kadang mereka rangkulan. Mencuci tangan hanya sekali-sekali. Hand sanitizer, apa lagi benda itu tak dikenalnya.
Mereka seakan tak kenal Corona virus berbahaya itu. Yang mereka tahu, Corona menyebabkan kegiatan sekolah dilakukan di rumah masing-masing, itu saja. Keberadaan mereka di bekas kebun pisang itu membuktikan bahwa mereka selalu sehat. Jumlah mereka setiap harinya kurang lebih sama. Saya hafal dengan wajah dan suara mereka, karena setiap hari saya lihat. Kegembiraan mereka juga tak berkurang.
Semoga mereka tetap sehat. Semoga hujan dan panas menguatkan imun di tubuh mereka sehingga tetap bisa beraktivitas. Ketika nantinya harus belajar tatap muka mereka sudah siap dengan tubuh yang sehat dan kuat.