Sebelum menikah, aku punya keinginan besar untuk bisa mandiri secara finansial. Rasanya beda kalau bisa menghasilkan uang dari usaha sendiri, meski kecil-kecilan. Waktu itu aku mencoba dua hal: menjual puding buatan rumah dan juga barang fashion yang lagi tren di kalangan teman-teman.Â
Awal Mula Usaha Kecilku
Dua bidang yang berbeda, tapi sama-sama bikin aku semangat. Awalnya berjalan lumayan. Pudingku laris di kantor lama, bahkan sering ada pesanan untuk arisan atau acara kecil. Jualan fashion juga menarik karena teman-teman suka ikut titip beli.Â
Walaupun setiap hari aku mengajar di sekolah, aku tetap rajin berbisnis untuk menambah tabungan. Buatku, usaha sampingan itu bukan hanya soal uang, tapi juga cara untuk melatih kemandirian. Dengan punya usaha, aku merasa lebih siap menghadapi masa depan rumah tangga yang waktu itu sudah di depan mata.
Tantangan Modal yang Terbatas
Namun, seiring waktu, aku mulai merasa ada keterbatasan. Modal yang ada terasa nggak cukup untuk berkembang. Bahan puding cepat habis, sementara untuk fashion, stok barang sering terbatas. Peluang ada di depan mata, tapi langkahku seperti terhenti.
Di titik itu, aku cari cara. Beberapa teman menyarankan Pegadaian. Jujur awalnya aku ragu, karena pikiranku masih terikat dengan anggapan lama bahwa Pegadaian hanya untuk "gadai saat terdesak". Tapi ternyata nggak begitu. Prosesnya mudah, cepat, dan jelas. Aku menggadaikan perhiasan kecil yang kupunya, lalu mendapatkan modal tambahan.
Hasil yang Membuat Percaya Diri
Hasil dari modal tambahan itu langsung terasa. Misalnya:
- Usaha puding bisa lebih stabil karena bahan baku aman.
- Jualan fashion berkembang dengan variasi barang yang lebih banyak.
- Kepercayaan diri tumbuh karena usaha kecilku nggak lagi tertahan modal.
Bahkan, hasil jualan sedikit demi sedikit bisa kutabung untuk persiapan menikah. Itu bikin aku semakin yakin kalau kerja keras selalu ada hasilnya. Semua berawal dari langkah kecil yang mungkin terlihat sederhana, tapi dampaknya besar.