Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."(Lukas 11:27-28)
Kompasianer yang terkasih, beberapa waktu lalu, saya menonton sebuah video di grup WhatsApp keluarga tentang ibu Sumarni yang tinggal di panti jompo setelah dibuang oleh anaknya. Sambil menangis, ibu Sumarni menceritakan tentang anaknya yang tidak mau mengurus dirinya lagi dan tidak mau tahu bagaimana nanti dia hidup di jalan. Sangat miris dan tragis nasib sang ibu.
Namun, berbeda dengan pembacaan Alkitab di atas. Seorang perempuan berseru menyela ketika Yesus masih berbicara kepada orang banyak. Ia berkata: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau" (ayat 27).
Perkataan perempuan tersebut disampaikan di sela-sela Yesus sedang berapologet dengan para penentang-Nya setelah Dia mengusir setan yang membisukan dari seseorang, di mana mereka menuduh-Nya menggunakan kuasa Beelzebul (Luk. 11:14-26).
Meskipun perkataan perempuan tersebut terkesan berlebihan dengan memuji Maria, ibunda Yesus, namun menurut saya hal itu wajar jika ia mengatakan bahwa Maria sebagai ibu yang berbahagia karena mempunyai anak seperti Yesus yang luar biasa. Perempuan itu melihatnya dari sudut pandang seorang ibu.
Contohnya, seorang teman mama saya berkata kepadanya: "Wah, senang ya, anak kamu menjadi seorang hamba Tuhan." Pujian tersebut tertuju kepada saya yang menjadi hamba Tuhan atau Pendeta, dan tentu saja kepada mama yang dianggap beruntung karena memiliki seorang anak yang menjadi hamba Tuhan atau Pendeta.
Apa yang dikatakan oleh perempuan dalam Alkitab itu paling tidak mengingatkan kita semua, bahwa ketika kita menjadi orang yang sukses, maka ingatlah kepada orang tua yang telah melahirkan kita, hargai dan hormatilah mereka yang telah dipakai Tuhan untuk membentuk kita sejak lahir.
Tetapi, apa yang Yesus katakan bukanlah menolak akan peran Maria yang telah melahirkan-Nya sebagai Anak Manusia. Yesus hanya menginginkan kebahagiaan bagi semua orang, bukanlah berupa pujian atas peran sertanya sebagai pribadi yang berhasil, melainkan yang sangat esensial bagi kebahagiaan yang sejati untuk setiap orang yaitu mendengarkan firman Allah dan memeliharanya (ayat 28). Mama dan saya hanya akan bahagia karena hal itu, bukan karena pujian dari manusia.
Mendengar firman Allah dan memeliharanya, keduanya menggunakan kata kerja aktif. Firman Allah yang didengar harus dijaga dengan kewaspadaan yang tidak putus-putusnya, dan itu adalah tugas kita sebagai jemaat Tuhan. Jadi, kebahagiaan kita terealisasi ketika berfokus pada firman Allah.
Ingat, kegagalan Adam dan Hawa karena mereka tidak memelihara firman Allah yang disampaikan kepada mereka. Itulah yang menyebabkan mereka kehilangan kebahagiaan karena terpisah dari Allah. Hanya firman Allah yang dapat menyatukan kita dengan Allah.
Saya teringat lagi ketika di masa pandemi pemerintah menginstruksikan warga untuk menjalankan protokol kesehatan, maka warga yang baik mendengarkan dan menjalankannya. Untuk meminimalisir penyebaran Covid-19, warga harus menjalankan 3M: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.