Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Menolak Peluang (Pelajaran dari Yusuf dan Isteri Potifar)

14 November 2022   19:45 Diperbarui: 14 November 2022   22:30 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joseph and Potifar's Wife: An Exegesis Part 2 (dikelola oleh Robert D. Heaton, Ph.D)

Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya. Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia. (Kejadian 39:6b-10)

Kompasianer yang terkasih, ini adalah bagian ketiga dari seri tentang Yusuf bin Yakub. Cerita ini terjadi di rumah Potifar, kepala pengawal Firaun, yang membeli Yusuf dari orang Ismael (ayat 1). Yusuf diperkirakan sudah sepuluh tahun bekerja di rumah itu dan ia telah menjadi kepala pelayan yang dikasihi Potifar, tuannya, (ayat 2-6a) ketika isteri tuannya mengajak Yusuf untuk tidur dengannya.

Tidur yang dimaksud tentu saja berhubungan seksual seperti arti dari teks Ibraninya sikbah. Namun, Yusuf berani menolak peluang di depan mata, yang bagi pandangan dunia pada masa itu adalah hal yang wajar apabila seorang budak memuaskan nafsu berahi tuan atau nyonyanya. Untuk itu, kita akan belajar dari peristiwa tersebut yang sangat relevan dengan kita semua pada hari ini, karena soal moral sesungguhnya tidak hanya menunjuk pada soal seksual saja bukan?

I.  Isteri Potifar

Namanya tidak disebut dalam Alkitab, tetapi menurut Midrash Yahudi tentang Taurat abad pertengahan "Sefer ha Yashar", menyebutnya 'Zuleika' atau 'Zuleikha' (Wikipedia). Dikatakan, ia melihat Yusuf dengan berahi dan mengajak Yusuf tidur dengannya (ayat 7). Pada mulanya, ia tidak langsung tertarik kepada Yusuf, tetapi ada proses waktu sampai ia tertarik ketika ia melihat Yusuf dengan berahi. Entah karena kesepian dan jarang dibelai suami yang sibuk atau karena faktor lainnya. Entahlah.

Ini mengingatkan pada kisah Hawa ketika ia memakan buah yang dilarang oleh Tuhan di taman Eden. Hawa sering melihat buah itu, namun tidak berminat untuk mengambil dan memakannya karena ia tahu itu dilarang. Setelah ia digoda oleh ular, barulah ia melihat, tertarik dan akhirnya melanggar perintah Tuhan dengan mengambil dan memakan buah itu (Kej. 3:6). Jadi, ada proses waktu sebelum pelanggaran terjadi yaitu melihat, berpikir, memutuskan lalu bertindak.

Kembali ke isteri Potifar. Ia merayu Yusuf terus menerus (ayat 10) dan ketika ia gagal, maka untuk membalas dendam ia kemudian menggunakan jurus playing victim dengan memfitnah Yusuf di depan seisi rumahnya dan suaminya (ayat 11-18). Sejurus dengan itu, ia lalu menuding Potifar, suaminya, sebagai biang kerok karena telah membawa Yusuf ke rumah mereka sehingga ia dilecehkan, hendak dirudapaksa (ayat 14, 17). Hmmm, jadi ingat kasus yang lagi viral nih!

II.  Yusuf

Yusuf adalah seorang yang jago kerja, berintegritas, ganteng banget lagi; attitude, face and body pokoknya perfect, begitulah arti dari teks Ibrani yowsep, yepeh to'ar wipeh mar'eh. Jadi, tidak mengherankan jika nyonyanya berahi kepadanya. Namun, Yusuf berani menolak peluang untuk kenikmatan hawa nafsu seksual tak bermoral seperti itu (ayat 7-8), meskipun hal itu lumrah pada masanya.

Yusuf menyatakan alasan yang sangat tepat kepada isteri Potifar. Pertama, ia sangat menghormati Potifar, tuan yang telah mempercayakan segalanya, kecuali isterinya (ayat 8-9a). Kedua, dan ini yang terutama, rasa takutnya akan Allah yang kepada-Nya ia tidak mau berbuat dosa (ayat 9b). Dan ia konsisten terhadap prinsip imannya dengan menolak perbuatan dosa kepada Allah dan menolak mengambil hak milik terpenting dari tuannya yaitu isterinya (ayat 10). Hal ini menunjukkan, bahwa Yusuf sangat menghormati kekudusan pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun