Inilah Riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. Nuh memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet. Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi (Kejadian 6:9-12).
Kompasianer yang terkasih, pada tulisan saya sebelumnya dengan judul "Serupa, Tapi Tak Sama", saya menyampaikan tentang dua garis keturunan Adam yang sangat mencolok perbedaannya seperti yang tercatat dalam Kejadian 4:17-24 dan 5:1-32. Intinya ialah keturunan Kain hidupnya sangat duniawi dan jauh dari Tuhan, sedangkan keturunan Set hidupnya sangat rohani dan dekat dengan Tuhan.
Namun kemudian, di zaman Nuh terjadi penyatuan dua garis keturunan (Kain dan Set) sehingga terjadilah seperti yang dituliskan pada ayat 11-12 tentang penyebab rusaknya bumi yaitu "semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi ... dan penuh dengan kekerasan." Kehidupan yang rusak itu seperti apa sih? Nah, di sinilah kita akan melihat Nuh yang hidup di zaman yang sama dengan orang-orang lainnya, tetapi Nuh tidak serupa dengan mereka. Mari kita lihat.
I. Orang-orang pada umumnya
Pertama, anak-anak perempuan manusia diperisteri oleh anak-anak Allah (Kej. 6:1-2). Ada beberapa teori mengenai anak-anak perempuan manusia dan anak-anak Allah, tetapi saya sepakat dengan teori yang sesuai konteksnya yaitu, bahwa anak-anak perempuan manusia adalah keturunan Kain yang tidak memanggil nama Tuhan, sedangkan anak-anak Allah ialah keturunan Set yang memanggil nama Tuhan.
Kedua, dasar pengambilan isteri oleh anak-anak Allah ialah karena kecantikan fisiknya dan siapa saja yang disukai itu kemudian diperisteri tanpa pertimbangan faktor iman. Pernikahan bagi mereka hanyalah demi memuaskan hawa nafsu seks belaka.
Ketiga, pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi (ayat 4). Ada beberapa teori juga mengenai orang-orang raksasa, tapi saya setuju dengan teori yang menafsir, bahwa orang-orang raksasa diterjemahkan 'para penyerang', artinya mereka adalah para perampok, bandit atau gangster (bahasa kita sekarang), para preman terorganisir gitulah. Hal ini diperkuat dengan frasa orang-orang yang gagah perkasa (memiliki kemampuan bertarung) dan orang-orang kenamaan (orang-orang yang disegani) pada zaman itu di penutup ayat 4 tersebut.
Keempat, kehidupan manusia di zaman itu telah menjadi kejahatan global (ayat 5), dan tidak mungkin lagi untuk diubahkan selain dengan turunnya penghukuman Allah atas mereka (ayat 6-7).
II. Nuh
Pertama, Nuh dikatakan mendapat kasih karunia di mata Tuhan (ayat 8). Ternyata, masih ada belas kasihan Allah atas bumi sehingga ia menyisakan Nuh untuk tetap hidup demi melanjutkan rencana Allah.