Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Benar Dapat Melihat Masa Depan (Mazmur 37:37-38)

3 Oktober 2022   02:52 Diperbarui: 3 Oktober 2022   03:16 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tulisan FUTURE. Sumber: Pexels / Tara Winstead

"Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan; tetapi pendurhaka-pendurhaka akan dibinasakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan" (Mazmur 37:37-38).

Kompasianer, ini adalah seri terakhir dari lima seri Mazmur 37 yang saya tulis. Daud dalam mazmur ini mengajak kita semua agar menjadi orang benar, bukan sok benar; menjadi orang benar di mata Tuhan dan manusia, bukan hanya di hadapan manusia saja. Daud meminta agar kita memperhatikan tiga ciri orang benar yang dapat melihat masa depan yaitu: pertama, orang yang tulus; kedua, orang yang jujur; ketiga, orang yang suka damai (ayat 37).

Pertama, orang yang tulus. Kata 'tulus' dari teks Ibrani tam yang artinya sempurna, tidak bersalah secara moral, memiliki integritas. Tidak berarti bahwa orang tulus itu tanpa dosa sama sekali atau tidak pernah berbuat salah, tetapi tulus yang dimaksudkan ialah orang yang berusaha melakukan sesuatu dengan hati yang murni, motivasinya murni, tidak ada maksud terselubung.

Kedua, orang yang jujur. Kata 'jujur' dari teks Ibrani yashar yang artinya berterus terang, benar-benar tegak lurus. Jujur berkaitan dengan tulus, jadi orang jujur ialah orang yang pribadinya suka berterus terang atau lurus jalan hidupnya. Orang yang memiliki integritas seperti ini biasanya menjadi incaran orang-orang fasik untuk dijatuhkan, karena orang tulus dan jujur tidak akan mau berkompromi dengan mereka yang hidupnya bengkak-bengkok.

Ketiga, orang yang suka damai. Kata damai dari teks Ibrani shalom yang artinya kesempurnaan, kekuatan / kesehatan / kesegaran tubuh dan pikiran, kesejahteraan / keselamatan, perdamaian. Jadi, gabungan dari pribadi yang tulus dan jujur menghasilkan orang yang suka damai. Ketiga ciri orang benar ini jelas menunjuk kepada Daud sendiri yang di dalam pengalaman hidupnya ia selalu diincar orang jahat untuk dijatuhkan dan dibunuh, baik oleh musuh dari bangsa lain maupun dari lingkungan orang-orang terdekatnya.

Tetapi, khusus di dalam menghadapi musuh-musuhnya yang dari dalam keluarganya sendiri Daud selalu memilih untuk menghindar, lebih bersikap defensif dan menyerahkannya kepada Tuhan daripada bersikap ofensif dan menyerang dengan maksud mengalahkan mereka. Inilah wujud orang yang suka damai.

Daud adalah orang benar yang melihat masa depan. Apa yang Daud lihat? Masa depan dalam konteks bangsa Israel erat kaitannya dengan keturunan. Mereka selalu berpegang kepada janji Allah bahwa negeri yang dianugerahkan Tuhan itu dimiliki, diduduki dan dikuasai oleh Israel turun temurun. Jadi, orang benar dan keturunannya dikatakan Daud sebanyak tujuh kali bahwa mereka akan mewarisi negeri perjanjian Tuhan dan menetap di sana untuk selamanya (ayat 9,11,18,22,27,29,34).

Sedangkan orang fasik dikatakan Daud sebanyak sebelas kali bahwa masa depannya atau keturunannya sangatlah buruk nasibnya, mereka tidak akan tinggal dan menikmati hasil di negeri perjanjian bahkan mereka akan binasa (ayat 2,9,10,15,17,20,22,28,34,36,38). Begitulah, orang fasik tidak dapat melihat masa depannya karena di hati dan pikirannya ditutupi oleh kesombongan (ayat 35).

Bagaimana Daud dapat melihat masa depan yang indah di balik semua persoalan hidupnya? Pertama, menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya (ayat 34). Menanti dan menunggu dalam situasi yang mendesak dan mencekam tentu tidak mudah, hal ini tidak hanya membutuhkan kesabaran, tetapi iman kepada Tuhan karena yang ditunggu adalah Tuhan yang tidak memberitahukan kapan persisnya Ia akan datang! Itu sebabnya menantikan Tuhan harus disertai dengan perintah paralelnya yaitu "tetap ikutilah jalan-Nya". Kata Ibrani shamar artinya menjaga atau memperhatikan. Jadi, sambil menantikan Tuhan orang benar harus menjaga dirinya tetap di jalannya Tuhan.

Kedua, percaya hanya Tuhan yang menyelamatkan dan menjadi tempat perlindungan pada waktu kesesakan (ayat 39). Kata Ibrani teshuah artinya pembebasan dari masalah pribadi yang dilakukan oleh Allah. Ketiga, percaya hanya Tuhan penolong yang meluputkan dari tangan orang fasik (ayat 40). Dengan demikian, orang benar akan berserah penuh dengan imannya ke dalam tangan Tuhan di mana ia tidak akan bertindak melakukan perlawanan, hanya membiarkan Allah yang turun tangan untuk membelanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun