Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebaran Ketupat

31 Mei 2020   11:04 Diperbarui: 2 Juni 2020   10:39 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kirim barang jasa hanya sehari
Kini zaman serba cepat
Setelah puasa Syawal 6 hari
Selamat merayakan lebaran ketupat

Lebaran ketupat dirayakan setelah melaksanakan puasa syawal 6 hari. Inilah lebaran sebenarnya bagi perut bersebab sudah puasa ramadhan 30 hari masih ditambah lagi enam. Ada hikmah terselubung mengapa sebaiknya dilaksanakan berselang satu hari saja setelah Idul Fitri.

Hikmah itu dirasakan secara pribadi dan istri.  Puasa 6 hari langsung sejatinya meneruskan semangat ramdhan.  Jangan sampai pula pembelajaran menahan itu sia sia ketika nafsu makan tidak terkendali.  Apalagi makanan dirumah sedang banyak banyaknya.

Alhamdulillah kami bisa melewati puasa 6.  Hari ini lebaran ketupat. Ada rasa lega bercampur puas bersebab mampu menjalankan ibadah lanjutan dengan segala cobaan dan godaan.  Pola hidup selama ramadhan bisa dilanjutkan di bulan syawal.  Artinya ada keberlanjutan ibadah yang disebut istiqomah.

Ada satu kisah terkait ke tersia-sia an setelah Ibadah ramadhan. Seperti seorang perempuantua yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Berikut disampaikan penjelasan dari Surat An Nahl Ayat 92.

Selama Ramadhan kemarin, kita menenun "ketakwaan" kita dengan "benang-benang" Shaum, Tarawih, Tadarus, shalat di mesjid, Shadaqah qiyamullail dll. Ramadhan bukan bulan cuci tangan kan? 

Bukan bulan buat bersih-bersih sebelum berkubang-ria kembali. Tetapi sejatinya Ramadhan adalah titik tolak untuk membangun komitmen ketaatan seumur hidup, bukan ketaatan momentum.

Selama Ramadhan kita punya semangat besar untuk beribadah, alangkah nikmatnya jika semangat besar itu juga mengalir di bulan-bulan berikutnya. Siang malam yang penuh ibadah: siangnya berpuasa, malamnya qiyamullail, beramai-ramai kita memadati mesjid, bacaan alquran terdengar disetiap sudut. 

Kebaikan dan amal ibadah ditanam dan dipupuk sebanyak-banyaknya, menyantuni fakir miskin, bersedekah, membantu tetangga dan sederet amal lainnya berjejer selama Ramadhan. Tentu akan lebih baik jika itu juga diteruskan dibulan-bulan berikutnya.

Tetapi sayang, nuansa ketaatan itu tidak bertahan seumur hidup. Hanya seumur jagung ramadhan saja. Yang dulu rajin ke mesjid sekarang hanya numpang lewat saja, adzan hanya sekedar didengarkan, shalat subuh tidak lagi di awal waktu, terkadang pukul 6 pagi atau pukul 7 atau mungkin tidak lagi shalat subuh. 

Shalat dzuhur telah menjelang ashar, shalat ashar menjelang magrib, shalat magrib menjelang isya, shalat isya menjelang tidur, tidak diawal waktu lagi, tergesa-gesa dan jarang berjamaah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun