Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Bersalaman Terlewat, Pelukan Menggemaskan, sampai Pada Rangkulan Sayang

12 November 2019   07:06 Diperbarui: 12 November 2019   07:09 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok: katadata.co.id

Perjalanan kehidupan politik di Indonesia  akhir akhir ini sangat sangat membingungkan.  Membingungkan bagi awam yang biasa disebut wong cilik. Ya Wong Cilik hanya melihat yang dipermukaan saja sedangkan para pakar alias pengamat politik bisa menjelaskan perilaku para tokoh tersebut selama ber jam jam.

Bermula dari salaman nan terlewat, drama berlanjut pada rangkulan menggemaskan dan diakhiri (sementara) dengan pelukan  mesra disertai kosa kata sayang berulang ulang. Tidak boleh juga dikatakan tragedi tetapi hal hal seperti ini tentu saja mengejutkan.  Rakyat mengira ngira  ada perpecahan diantara mereka ketika ditilik isi pidato namun kenyataan (sementara) masih baik baik saja.

Apakah peristiwa ini lakon sandiwara ?.  Tidak berani pula berprasangka bersebab apa yang ada di hati para pemangku demokrasi itu tidak bisa dibelah.  Satu hal  patut dijadikan pedoman yaitu rumus politik yang berlaku diseantero dunia berbunyi tidak ada kawan sejati tetapi yang ada kepentingan sejati bisa. 

Semoga rumusan ini bisa  mejawab semua kebingungan orang awam. Satu lagi pola komunikasi sangat canggih sehingga tidak terlihat yaitu perilaku lain dimulut lain dihati. Diplomasi tinggkat tinggi, kedewasaan ketika mampu menyembunyikan perasaan hati boleh dikatakan pemeran sejati sinetro demokrasi berkelas tinggi.

Seperti diberitakan TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menegaskan bahwa dirinya sayang kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Inilah, kami sayang kepada tokoh-tokoh bangsa ini. Kami sayang pada Jokowi, kami sayang pada Ma'ruf Amin, kami sayang pada Pak Jusuf Kalla. 

Dan jangan pernah ragukan lagi betapa saya masih sayang kepada Mbak Mega," kata Surya Paloh dalam pidato acara ulang tahun NasDem ke-8 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, hari ini, Senin, 11 November 2019. Ungkapan sayang kepada Megawati itu semacam sinyal yang menepis bahwa hubungannya dengan Mega renggang. Sebelumnya, dia terlibat saling sindir dengan PDIP, bahkan Presiden Jokowi.

Kita ikuti saja bagaimana perjalanan drama politik ini.  Ibu Megawati hanya tersenyum mendengar dan menyaksikan Pidato Presiden Jokowi dan Ketua Partai Nasdem Surya Paloh.  Presideng Republik Indonesia ke - 5 ini belum lagi bicara.  Apakah makna senyum Megawati dan sang putri Puan Maharani ? Inikah petanda suasana politik menjadi cair hanya Tuhan Yang Maha Kuasa dan Mereka yang paham.

Sekali lagi peristiwa ini bukan sekedar pelukan hangat tetapi disertai dengan kosa kata sayang berkali kali.  Itulah dia Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. 3 hari sebelumnya beliau berpidato penuh semangat terkait etika politik dan di hari penutupan Kongges II Surya Paloh berdiplomasi sangat cantik. 

Seperti diberitakan dkatadata.co.id  Presiden Joko Widodo (Jokowi) memeluk erat Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, di acara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-8 Nasdem di JI-Expo, Jakarta, Senin (11/11) malam. Hadir dalam acara tersebut Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketua DPR Puan Maharani, Ketua MPR Bambang Soesatyo.

Tampak hadir pula beberapa ketua umum partai politik termasuk Presiden PKS Sohibul Iman.  Keduanya berpelukan setelah Jokowi memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Jokowi sempat menyinggung peristiwa berpelukannya Surya dengan Presiden PKS saat keduanya bertemu pada Rabu (30/10). Jokowi menyatakan sempat mempertanyakan arti pelukan Surya dan Sohibul.

Apakah ada peran topeng politik disini. Jawaban terpulang kepada para pemangku kekuasaan. Tinggal memilih saja topeng apa yang akan dikenakan ketika berhadapan dengan lawan atau kawan politik.  Sungguh sempurna lakon sandiwara sehingga sangat sangat membingungkan warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun