Alhamdulillah. Bersyukur ke hadirat Allah SWT atas nikmat karunia sehingga buku ke 19 bertajuk Tjerito Boedak TEMPINO berhasil diterbitkan November 2018. Perlu perjuangan dan kesungguhan serta tekad kuat menulis ketika mengumpulkan segala sesuatu informasi tentang tentang Tempino.
Secara pisik penulis bermukim di Tempino terus menerus selama 17 Tahun. Setelah tamat SMA tahun 1970 meninggalkan tanah kelahiran menuntut ilmu pengetahuan dan kemudian bekerja dan menetap di perantauan. Terlalu banyak kenangan manis dan pahit nan tersimpan di memory permanent. Buku ini merekam kembali Tjerito Zaman Doeloe dan kisah kisah inspiratif setiap pulang kampong.
Menulis hari ini akan menjadi sejarah kelak di kemudian hari. Itulah motivasi terkuat menerbitkan buku. Apalagi tentang kampong sendiri. Bisa jadi sudah ada penulis lain atau Boedak Tempino bercerita dan kemudian menerbitkan buku. Paling tidak kiranya buku ini bisa dijadikan referensi terkait Tempino versi TD. Atau sebagai pembanding bahwa Tempino pernah ada di muka bumi sampai masanya.
Tentu saja semua yang disampaikan berangkat dari motto menulis pena sehat pena kawan dan pena saran berdasarkan pengamatan sosial media sampai akhirnya buku ini sampai ditangan pembaca. Subjektivitas Penulis tak terhindarkan bersebab haru biru cinta kepada Tanah Air Tempino. Siapalagi yang akan memperkenalkan, membesarkan dan mengangkat kampong sendiri ke kahalayak ramai kalau bukan Boedak Boedak Tempino sendiri.
Salam dan Shalawat disampaikan kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW teriring doa semoga kita dalam Redha Allah SWT memperoleh nikmat kesehatan sehingga memiliki keleluasaan serta kesempatan bisa terus berbagi kepada sesama. Profesi sebagai Penulis tidak lain ber cita cita menerbitkan buku sebanyak 40 buah ketika dipanjangkan umur sampai 70 tahun di tahun 2022. Amin Ya Rabbal Alamin.
Beberapa tulisan terkait Tempino Penulis kutip juga dari Tulisan Budi Prihatna Sejarah Awal Perminyakan Jambi dan Rachmawan Deddy Minyak Tempino Melegenda Sedari Zaman Belanda.
Terimakasih juga disampaikan kepada semua warga Tempino terutama sahabat pena yang tergabung dalam komunitas Wonderfull Tempino baik di Whatsapp maupun di facebook. Banyak informasi diterima dari komunitas ini bersebab Boedak Boedak Tempino berkelana dan tersebar diseluruh nusantara. Bagaimanapun ungkapan syukur ditakdirkan di desa ini dan kini saatnya kita “ramaikan” lagi dusun yang ditinggalkan Pertamina.
Terima kasih disampaikan kepada Istri Tercinta Hj Enida Busri, 4 orang Ananda berserta cucunda serta teman teman jurnalis yang telah memberikan semangat sehingga kata demi kata menjadi kalimat dan paragraph sehingga terbitlah buku ini.
Cita cita boedak boedak Tempino ketika itu sangat beragam, Sesuai dengan wawasan terkebelakangan di era 1958-1964 kalau tidak menjadi pegawai negeri, pegawai pertamina, guru ya jadi pedagang atau petani.
Tidak ada satupun menyebut menjadi polisi ataupun tentara apalagi dokter. Artinya cita cita tidak terlalu jauh angan angan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi orang desa. Begitulah takdir anak manusia.
Ketika lulus SMA dalam keterbatasan Ayahanda Pensiun dari Pertamina awak diberangkatkan ke Palembang melanjutkan kuliah. Maunya jadi dokter kenyataan menjadi perawat. Akhirnya menjadi Polisi juga seperti Isteri Enida Busri yang ayahnya Anggota Polri Kepala Pos Tempino.