Catatan Budaya Thamrin Dahlan
 Veni Vidi Visi (kami datang, kami lihat, kami menang) itulah slogan sejarah Perancis yang sangat terkenal di  dunia. Semangat juang masa peperangan akan membuncah kembali disetiap  dada tim sepak bola Perancis pada Piala Dunia 2018. Mulai dari Pelatih  Didier Deschamps dan perangkat sampai kepada pemain inti dan cadangan  seolah satu kesatuan jiwa terpadu bertekad mengulang sejarah 1998.
 Final piala dunia kali ini merupakan pembuktian kekuatan yang dibangun  dari generasi Zinade Zidane juara 1998  ke generasi Kylian Mbappe.  Perancis dan Kroasia telah bertanding 6 kali melalui perjuangan berat  melelahkan terutama bagi Kroasia.  Negara  berpenduduk 4 juta orang ini  agak tertatih tatih dan harus melalui perpanjangan waktu serta adu  pinalti.
 Dari sisi fisik tentu kebugaranTim Perancis melebihi  Kroasia bersebab memiliki waktu jeda istirahat lebih banyak.  Disamping  itu Tim Kroasia walaupun memiliki postur rata rata tinggi tetap saja  tenaga terkuras setelah bertanding 2 x dalam perpanjangan waktu (120  menit). Menurut rekan sesama main tennis Bapak Purwadji, boleh saja  mereka lebih letih namun pelukan Presiden (cantiq) Kolinda  Grabar-Kitarovic di kamar ganti tampaknya memberikan tambahan energy  luar biasa. Â
 Lain lagi pendapat dr Wim Panggarbesi Ahad Pagi di  lapangan Tennis, "Tim Perancis memiliki mental juara (1998) serta pemain  muda berkemampuan menggiring bola berkecepatan diatas rata rata  sehingga menyulitkan pemain belakang Kroasia menghadang" Saya pikir  benar juga, menghentikan gerakan dan gocekan Kylian Mbappe  hanya dengan  satu cara yaitu tackle keras atau menarik kaos ber resiko hadiah  pinalti dari Pak Wasit
 Namun dibalik itu semua paling tidak piala dunia  boleh  dikatakan sebagai satu satunya tontonan yang paling banyak  disaksikan.  Bisa jadi 4 milyard pasang mata yang bermukim di muka bumi  ini tidak akan melewatkan pertandingan Perancis melawan Kroasia.  Walaupun PSSI tidak tampil sebaiknya Anda menetapkan siapa jagoan masing  masing agar ada adrenalin ketika menonton.
 Tidak ada satu  peristiwa yang begitu banyak disaksikan apalagi dibandingan konser maha  bintang dan tayangan program televisi lainnya,  Mungkin hanya prosesi  pernikahan Lady Di (Diana) dan Pangeran Charles yang bisa dibandingkan  dari sisi tontonan kelas selesbrita internasional. Dengan demikian tak  pelak para pebisnis berlomba memasang iklan sementara pemilik hak siar  tersenyum lebar tanpa peduli siapa yang jadi juara dunia.
 Saya  sudah 3 kali menulis tentang kehebatan Perancis dan semua prediksi itu  tepat sesuai perkiraan. Pada tulisan ini tentu kosistensi mengunggulkan  Tim Perancis sebagai Tim berhak  membawa pulang Piala Jules Rimet untuk  di arak di sekeliling kota Paris dan bermuara di Menara Eiffel Ikon  wisata dunia. Â
 Ulasan kehebatan Perancis sudah cukup hanya  tambah 1 saja terkait kelenturan anatomi tubuh pemain. Postur tubuh  Kroasia tinggi besar sulit mengikuti gocekan Greizmaan dan Mbappe yang  memiliki kelincahan meliuk liuk.