Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Tiang Listrik Naik Daun

17 November 2017   07:25 Diperbarui: 17 November 2017   11:56 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kompas.com

Sinetron Sakit jilid 1 sudah berakhir dan berhasil sukses menghindar  panggilan KPK.   Ketika menang melawan KPK pada Praperadilan berupa Keputusan bebas dari Status Tersangka maka serta merta Beliau sembuh dari penyakit dan bisa beraktivitas seperti biasa. Dapat dipastikan  mencari modus lain agar bisa menghindar panggilan KPK  ke -9.  Munculah beberapa scenario.  Pertama tentu yang menjadi pilihan adalah memakai topeng sehingga tidak dikenali khalayak ketika berada di ruang publik.  Pilihan kedua melarikan diri ketempat lain yang tidak mungkin ditemui penyidik  Lari keluar negeri menjadi musykil bersebab beliau di cekal.  Pastilah petugas imigrasi diseluruh destinasi mengenal wajah beliau sehingga alternatif ini dipastikan bukan pillihan utama.

Pilihan lain ngumpet di sawah atau daerah terpencil, namun agak berat juga bagi beliau karena terbiasa hidup dalam fasilitas super mewah dan takut diggit nyamuk. Akhirnya setelah berbincang lama dengan tim penasehat sementara KPK sudah mulai mengetik surat Daftar Pencarian Orang (DPO) maka diputuskan akan memenuhi panggilan KPK.  Memenuhi panggilan KPK tentu tidak semudah itu, perlu disusun skenario sakit jilid 2 dengan cara lebih masuk akal yaitu kecelakaan lalulintas  menabrak tiang listrik.

Pilihan ini memang luar biasa, tidak seorangpun di republik ini menduga cara dipilih (surprise bin kejutan).  Awak terus terang mengangkat topi hormat atas ke jenius an kepada siapapun yang menyusun skenario.  Inilah  episode terbaik dari sinetron nan patut menerima piala citra. Penonton terkesima alur dicerita diatur begitu cerdas sehingga pantaslah rating di televisi mencapai angka tertinggi.

Kini tak pelak sang Tiang Listrik ikutan trend. Apakah tidak ada pilihan lain yang membuat  skenario perlarian itu  lebih masuk akal.  Misalnya mobil kecebur di  kolam renang air mancur di depan Hotel Indonesia.  Tetapi sudahlah tiang  listrik menjadi pilihan dari beberapa alternatif lain untuk men delay  tahanan KPK melalui jalur sakit.  Tiang listrik yang menjadi pilihan  (korban) berjarak 1 Km dari Rumah Sakit Permata dangan pertimbangan bisa nyambung  skenario kecelakaan lalulintas.

Seperti diberitakan  KOMPAS.com --- Salah satu saksi mata yang  enggan disebutkan namanya mengatakan, mobil merek Toyota Fortuner  berwarna hitam yang diduga membawa Ketua DPR   Setya Novanto melaju kencang dari arah Jalan Permata Berlian menuju arah Permata  Hijau sebelum akhirnya menabrak sebuah tiang listrik, Kamis  (16/11/2017). "Kejadian pukul 18.35, (situasi) gerimis. Jalanan  sepi karena ini jalan ditutup. Mobilnya melaju kencang, lalu oleng ke  kanan dan menabrak tiang listrik," ujar saksi tersebut, Kamis malam. Pantauan Kompas.com di lokasi pukul 21.00 WIB, mobil  tersebut sudah tak lagi ada di lokasi. Hanya terlihat sedikit pecahan  kaca mobil berwarna gelap serta pecahan bemper, dan sebuah kaus berwarna  hitam di atas trotoar.

Tabrakan itu menjadi masuk akal apabila dilengkapi bukti dan saksi setempat di tempat kejadian pekara (TKP) .  Biasanya pejabat negara setingkat atau selevel Presiden dalam melaksanakan tugas selalu didamping 3 orang atau lebih pembantu.  Petugas yang melekat pada  seorang pejabat itu adalah sopir, sekretaris, pengawal dan ajudan.  Petugas selalu berada dekat sekali dengan pejabat apalagi ketika dalam perjalanan dari satu tempat ketempat lain seperti dalam perjalanan ke kantor dari rumah.

Ketika berkendara mobil dinas pejabat dikawal oleh motor voorjder di depan  berfungsi membuka jalan guna menghindari kemacetan.  Posisi mobil pejabat berada di urutan ke -3 setelah mobil pengawal. Oleh karena itu dapat dipastikan  kemungkinan terjadi kecelakaan lalu lintas secara statistik (probabilitas) kecil sekali bahkan nol.  Selain itu apakah ada korban lain misalnya sopir atau Beliau mengendarai sendiri. Pertanyaan saja. 

Seperti dilansir dari TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA (17/11/2017)– Politisi senior  Partai Golkar Yorrys Raweyai  tidak yakin atas kecelakaan yang menimpa  Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto, di kawasan Permata Hijau,  Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2017) malam, terjadi begitu saja.  Menurutnya, Novanto yang menjabat Ketua DPR selalu menggunakan pengawalan alias voorijder setiap berpergian.  "Saya sudah dapat info cuma secara logika dia ini kan ketua  DPR selalu berjalan dengan Voorijder (patwal) kan. Ada pengawalan depan  belakang. Kalau kecelakaan tidak masuk akal menurut saya," kata Yorrys  saat dikonfirmasi wartawan.

Walaupun dalam pelarian para pengawal dan petugas lainnya tentu wajib tetap mengawal pejabat sampai beliau diputuskan hakim bersalah. Oleh karena itu kejadian mobil menabrak tiang listrik menjadi pertanyaan besar apakah benar  satu kecelakaan murni atau rekayasa.  Apapun bentuknya accident itu menjadi perbincangan khalayak (bukan primitif) dan tidak  mudah di kadali.

Dengan modus sakit jilid 2 maka KPK terpaksa mau tidak mau mengikuti skenario lawan.  Tersangka sedang menderita sakit tentu tak perlu tergesa gesa di periksa apalagi ditahan.  Sabar dululah sembari menunggu izin dokter yang merawat sampai kapan diperbolehkan mewawancara dan mengenakan jaket orange kepada tersangka.   KPK tentu perlu pula berterima kasih kepada tiang listrik yang telah berjasa  dan patut menerima hadiah 10 juta (seperti kicauan di twitter).

Sebenarnya kasihan juga Tersangka harus jadi korban kecelakaan.  Beliau  menderita cidera dan harus dirawat di rumah sakit.  Sementara itu justru  Tiang Listrik secara bercanda oleh netizen ditetapkan sebagai  tersangka.  inilah dunia bebas menyampaikan pendapat di tengarai dengan  candaan politik.  Wajar saja untuk lucuan lucuan melepaskan uneg uneg  atas kekesalan mengumpal bersebab  masalah korupsi E - KTP nan tak   kunjung usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun