Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Keluarga Cemara" Milenial Mampu Menekuk Arswendo Sampai Menangis

7 Januari 2019   17:20 Diperbarui: 8 Januari 2019   09:25 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOMPAS, Senin pagi ini di halaman 24 menuliskan, Budayawan Arswendo Atmowiloto (70) tidak dapat menyembunyikan sembap di kedua matanya ketika keluar dari ruangan bioskop di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (5/1/2019) sore. "Bagus. Awalnya saya mencoba menahan, tetapi lama-lama ya nangis juga," katanya terus terang setelah menonton film Keluarga Cemara.

Keluarga Cemara, saya baca awal delapan puluhan. Ketika mulai mengenal Mas Wendo yang menerima cerpenku sebagai Pemred Majalah HAI. Bersama Imung, dan terutama Kiki dan Komplotannya.

Tentu, selain kemudian Senopati Pamungkas dan berserak karya fiksinya yang lain: Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku hingga Stasiun Bukit Gundul. Termasuk dengan nama samaran Titi Nginung untuk Opera Jakarta -- yang kemudian difilmkan oleh Syumanjaya. Selain, Mengarang Itu Gampang yang menjadi sebuah tren cara dalam menulis fiksi: cerpen dan novel. Lengkap dengan judul yang menggelitik.

Pada usia tiga puluhan, Mas Wendo sudah menyelesaikan banyak karya fiksinya. Banyak yang best seller.  Semesra Merapi Merbabu dan The Circus (dua bukuya yang kupunya, karya di 70an) diselesaikan ketika belum ke Jakarta dan bekerja di lingkungan Kompas-Gramedia. Di Solo, tanah kelahirannya.

Di lingkungan Kompas itulah dari tangannya gembrubul karyanya, terutama saat menangani majalah HAI. Kenakalannya, bisa dibaca: kreativitasnya,  menghasilkan karya dan dengan rubrik unik. Semisal: Pulpen untuk Kumpulan Cerpen, sehingga ketika diterakan di sampul majalah HAI Bonus Pulpen, dikira pembaca akan mendapatkan alat tulis.

Lalu di HAI ada rubrik Cerbung untuk Cerita Bersambung yang waktu itu majalah atau koran lain menuliskan Cerber. Bahkan kemudian menerbitkan novelet berseri Manja: Roman Remaja oleh pengarang seperti Dwianto Setyawan (kakak Sindhunata).

"Tapi aku paling seneng moco Keluarga Cemara," kata Mas Wedha, pimpinan artistik HAI dalam sebuah perbincangan denganku. Alasannya? Ceritanya sederhana dan mengharukan, menukik dalam sebutnya saat ia kuwawancarai dan profilnya kutulis di koran besar sore Sinar Harapan.

Namun tulisan tentang profil si penggagas Wedha's Pop Art itu -- karyanya itu mendunia dengan menjadi dosen tamu ke Rusia, India dan negara-negara  Eropa lainnya itu membuat Mas Wendo ngakak, saat kami makan siang. Diledek habis-habisan, dan Mas Wedha seperti biasa cuma bisa cengar-cengir. 

Gaya guyonan Mas Wendo ya begitu. Sedikit pun ia tak memperlihatkan mimik sedih. Semua hal dilihat dari sudut kreatif. Jauh dari serius, kesannya. Termasuk ia selalu berjeans belel yang ujungnya menyapu lantai, karena ia selalu bersepatu sendal dan kaos oblong plus rambut gondrongnya.  

Suasana di HAI sebelum ia menangani Monitor -- yang membuatnya terpuruk dan menyebut dirinya: bego -- begitu menyenangkan kami sekelompok anak muda (dan remaja) di lingkungan Palmerah Selatan 22 latai 3 khususnya. Ada Hilman Hariwijaya yang kemudian membuat tren dengan Lupus-nya, Gola Gong (Balada Si Roy), Boim Lebom, Gunawan Wibisono (fotografer), hingga Ags Arya Dwipayana yang serius dan kemudian menulis lagu: Dengan Menyebut NamaMu.

Kami seperti Keluarga HAI di lingkungan serius dan streng KOMPAS dan penerbit Gramedia. Di mana saat kantor tutup, sekira jam empat sore ke atas, bisa main kerambol, main gitar, nonton video (Beta-VHS), sebagian bekerja menyelesaikan tulisan atau me-lay out -- yang saat itu belum ada komputer. (Lay out dengan lem spray mount, ngetik dengan mesin tik). Suasana kreatif berlangsung, di mana kadang Mas Wendo baru datang entah dari mana sambil nyanyi: Ibarat air di daun keladi ... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun