Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Baper Berjamaah Ketika Ukasyah "Belagu" Jelang Wafat Rasulullah

3 Mei 2021   21:41 Diperbarui: 3 Mei 2021   21:49 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suami merasa malu dan jengkel, ketika jemaah masjid di kampung tempat kami melakukan solat tarawih banyak yang bilang kalau anak-anak yang mengaji di kami, sering sered --bercanda dan mengganggu jemaah yang lainnya ketika melakukan solat tarawih.

Padahal setiap sore, saat mereka datang mengaji selalu diwanti-wanti, jangan bercanda ketika di masjid, apalagi ketika melaksanakan solat. Bahkan beberapa orang anak laki-laki yang memang kedapatan ngobrol saat yang lain tarawih sudah dihukum membaca sholawat sebanyak 40 kali, Ayat Kursi, dan doa hafalan lain. Namun ternyata mereka tidak jera.

Minggu sore, suami selaku guru ngaji mereka kembali menerangkan dengan nada agak tinggi, kalau memang niatnya mau bermain, sudah di rumah saja. Jangan pergi ke masjid tapi malah mengganggu kekhusyuan jemaah lain.

"Hari ini menit ini semua jadi saksi. Selaku guru ngaji kalian, sudah diterangkan kalau ngobrol dan bercanda ketika solat itu membatalkan solat. Kalian nanti di akhirat jangan menuntut kalau dimintai pertanggungjawaban sebab hal ini sudah berkali-kali disampaikan. Paham?" tidak biasanya, suami sampai bicara demikian di depan anak mengaji.

"Pak Iwan mah malu. Bukan malu sama tetangga yang ngadu kalian sok sered, tapi malu sama Allah dan Rasulullah. Menyampaikan hal gini saja tidak bisa kalian terima. Padahal Rasulullah menyampaikan ajarannya jauuuh lebih berat daripada ini."

Mendengar begitu, semua anak mengaji khususnya yang sudah agak besar terdiam. Entah apa yang mereka pikirkan. Saya pun yang berada di balik pintu dapur menghentikan dulu masak demi bisa mendengar jelas pembicaraannya.

Suami melanjutkan bicaranya, jika ada anak santri yang kecewa dan tidak terima karena selalu merasa dimarahi guru gajinya, sekaranglah saatnya bicara. Jangan ngomongin guru ngaji di belakang. Apalagi baru menuntut kelak di hari penghitungan hisab. "Bapak tidak ingin punya hutang dengan kalian."

Semua santri diam menunduk. Selalu begitu. Ketika di depan guru tampak menurut. Tapi di belakang selalu membangkang.

"Lebih baik seperti Ukasyah. Mantan preman sebelum masuk Islam, tapi mendapatkan tempat terbaik jelang Rasulullah tiada sebagai ahli surga. Sudah mendengar kisah Ukasyah yang menagih hutang terhadap Rasulullah?"

"Belum, Paaak..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun