Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pemimpin Hebat Itu Tahu Kapan Percaya, Kapan Turun Tangan

18 Maret 2025   12:30 Diperbarui: 18 Maret 2025   14:42 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin Yang Kasih Kepercayaan (Sumber: Unsplash)

Menjadi pemimpin bukan hanya soal jabatan yang terpampang di tanda tangan email atau di pintu ruangan kantor. Jauh lebih dari itu, seorang pemimpin menghadapi dilema yang kerap muncul dalam kesehariannya, yaitu kapan harus memberikan kepercayaan penuh kepada tim, dan kapan harus turun tangan langsung menyelesaikan persoalan.

Banyak yang beranggapan bahwa semakin sering seorang atasan ikut campur, maka semakin baik hasil kerja yang dihasilkan. Padahal, terlalu banyak ikut campur justru bisa membuat tim merasa tidak dipercaya. 

Dalam jangka panjang, hal ini dapat memunculkan rasa enggan untuk mengambil inisiatif. Akhirnya, anggota tim hanya melakukan pekerjaan seperlunya karena merasa semua keputusan tetap akan diambil oleh atasannya.

Di sisi lain, ada juga pemimpin yang memilih sepenuhnya melepas kendali, seolah-olah tim yang dipimpinnya adalah sekumpulan pahlawan super yang sudah tahu harus melakukan apa tanpa perlu arahan.

Akibatnya, pekerjaan sering kali berjalan tanpa arah yang jelas. Pemimpin baru sadar untuk turun tangan ketika masalah sudah muncul ke permukaan dan sulit dikendalikan. Pada titik itu, suasana kantor bisa berubah menjadi tegang, seperti dapur restoran di jam makan siang, serba cepat dan penuh ketegangan.

Kepercayaan Adalah Fondasi, Bukan Penghargaan di Akhir

Banyak orang menganggap kepercayaan itu harus diberikan setelah anggota tim membuktikan kemampuannya. Padahal, justru kepercayaan adalah pondasi utama agar mereka berani berkembang. 

Memberi kepercayaan sejak awal membuat tim merasa dihargai, sekaligus mendorong rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka tidak lagi hanya bekerja karena kewajiban, melainkan karena merasa dipercaya untuk memegang peran penting dalam keberhasilan tim.

Namun, memberikan kepercayaan bukan berarti benar-benar melepaskan mereka tanpa arahan. Seorang pemimpin tetap harus memantau, memastikan bahwa arah yang ditempuh sudah sesuai tujuan. 

Perannya seperti wasit dalam pertandingan sepak bola. Ia tidak ikut bermain, tetapi selalu awas mengamati jalannya pertandingan dan siap meniup peluit bila diperlukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun