Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu...

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ny. Sheherazad, Isteri Setia 1001 Malam

10 Mei 2012   11:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:28 3038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Istilah seribu satu, pada masa kini populer digunakan untuk beragam kepentingan. Misalnya pada perkataan; seribu satu alasan, seribu satu cara, dan lain-lain. Namun sesungguhnya istilah itu datang dari peradaban Persia pada abad ke - 9,di tempat lahirnya Kisah 1001 Malam.

Sesungguhnya pula cerita 1001 Malam itu hanyalah mitos, subjeknya maupun objeknya, hanya rekaan belaka. Disebutkan seorang Maharaja Persia bernama Shahryar, mendapati isterinya berselingkuh, lalu membunuhnya. Begitu dendamnya Sang Raja atas peristiwa itu, membuat kepercayaannya kepada perempuan lenyap. Maka diperintahkannya hulubalang kerajaan menyediakan seorang isteri untuknya setiap malam, dan akan dibunuh ketika fajar menjelang. Ia tak mau lagi dikhianati untuk kali kedua.

Disebutkan bahwa beberapa malam telah berlalu sehingga tibalah giliran Sheherazad, seorang gadis desa yang bijak. Untuk melindungi jatuhnya korban lebih banyak, wanita mulia itu menawarkan dirinya sendiri untuk dijadikan isteri. Untuk itu ia menyiapkan strategi jitu yang sangat terkenal, yaitu cerita bersambung yang tak ada habisnya. Ia selalu menolak menyelesaikan cerita itu dengan alasan lelah, akan disambung pada malam berikutnya, bertahun-tahun. Strategi ini terbukti dapat mengulur waktu sampai 1001 malam, sampai Raja lupa pada dendamnya, dan kepercayaannya kepada perempuan kembali pulih.

Termasuk dalam cerita itu adalah Lampu Aladdin. Abu Nawas, dan Kisah 30 Penyamun. Akan tetapi cerita yang paling lama bersambung adalah tentang Sinbad Si Buruh Kapal, atau Sinbad Si Tukang Portir.

Berikut petikan kisah Sinbad Si Tukang Portir untuk 2 malam (saduran bebas):

“Berlayarlah kapal itu mengarungi gelombang samudera. Berhari-hari, sehingga sampailah di suatu pulau terpencil di tengah laut. Tak ada pepohonan besar di pulau itu melainkan semak-belukar yang tipis-tipis. Kapten kapal merapatkan kapalnya untuk memberi kesempatan kepada penumpang turun ke daratan, melepaskan lelah badan. Sinbad pun melompat turun untuk mengikatkan tali kapal.

Ada yang mandi, berjemur, mencuci pakaian. Tetapi ada pula yang memasang api unggun untuk memasak makanan. Sinbad sendiri yang diperintah mengumpulkan kayu bakarnya.Rupanya, nyala api itu menjadi awal malapetaka. Pulau itu tiba-tiba bergoyang, menggelepar. Para penumpang segera berlompatan ke dalam kapal menyelamatkan diri. Kecuali Sinbad, ia sibuk mengumpulkan pakaian dan panic-panci, tiba-tiba pulau itu telah jauh ke tengah lautan. Ternyata pulau itu adalah punggung ikan raksasa yang protes ketika api dinyalakan di atasnya!”

“Hah? Apakah ikan itu menyelam? Bagaimana nasib Sinbad?” Sang Raja bertanya.

“Besok lagi lanjutannya, Yang Mulia!”

***

Besok malamnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun