Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Harimau, Makhluk Purba Yang Mematikan!

19 Juli 2011   00:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 1225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311034448521527933

Judul tulisan ini sengaja saya buat begitu, untuk menggambarkan profil harimau apa adanya. Berbeda dengan mereka yang mengaku pecinta harimau tapi tak mengenal harimau, mungkin mereka lebih menyukai judul semacam makhluk tampan yang indah, atau si cantik yang gemulai, diiringi kata-kata wasiat semua makhluk memiliki hak untuk hidup untuk keperluan dramatisasi. Ketika Admin Kompasiana yang terkenal romantis-romantis menemukan tulisan itu lalu meletakkannya di HL, bertaburlah tanggapan miris, miris, miris……, entah apa arti kata miris itu! He he he….

Bukan tanpa maksud.

Purba, berarti ia makhluk kiriman masa lalu yang jauh. Memiliki nilai-nilai agung dan suci. Masih beruntung kita yang hidup di masa sekarang ini bisa melihat harimau secara langsung, di sirkus atau di bonbin. Tapi bagi anak cucu kita, tanpa program perlindungan yang tepat dan segera, maka Si Belang yang kharismatis itu bakal menghuni lubuk angan-angan. Dengan kecepatan laju mortalitas harimau sekarang ini, baik sebagai akibat alamiah ataupun karena di buru, dalam 20 tahun ke depan diperkirakan Harimau Sumatera telah musnah total dari muka bumi!

Miris……

Mematikan, berarti ia sangat berbahaya bagi keselamatan manusia. Sebagai hewan karnivora tulen, ia melahap semua jenis daging, termasuk daging manusia. Karena itu harimau dan manusia tak bisa hidup berdekatan di bagian bumi yang sama. Mereka akan terus menempuh takdir, saling membunuh. Harimau membunuh manusia untuk memakan dagingnya, sedangkan manusia membunuh harimau untuk menyelamatkan diri. Tetapi uniknya, faktor mematikan ini selalu dihindari dalam setiap pembicaraan mengenai perlindungan harimau. Kata-kata ini dianggap tabu, disamarkan, tidak ditemukan dalam semboyan-semboyan LSM dan UU Perlindungan Satwa Langka. Padahal, faktor inilah sebenarnya penyebab utama kepunahan harimau.

[caption id="attachment_120257" align="alignleft" width="300" caption="Seekor bayi Harimau Sumatera bermain-main dengan balita di Israel. Gambaran hypokrit WWF Dunia dalam penyelamatan harimau. Photo Google."][/caption] Kasus-kasus perburuan harimau untuk mendapatkan kulitnya, itu perkara mudah. Tinggal menegakkan hukum, menyita semua bangkai harimau yang dijadikan hiasan rumah oleh para pembesar di Jakarta,selesailah itu. Dialektika hukum pasar adalah, ada pasokan karena ada permintaan. Kalau itu saja tak bisa ditertibkan oleh orang-orang di Jakarta sana, wah, memang miris…., miris…., miris…..

Akan tetapi, menghentikan aktifitas manusia di dalam hutan, bagaimana caranya? Populasi manusia terus bertambah, hutan pun akan terus dirambah, seiring kebutuhan manusia akan pemukiman dan lahan pertanian. Bertahun-tahun persoalan ini tak tersentuh, sehingga tak ada jalan penyelesaian. Pertikaian virtual pun terus terjadi. Adakalanya manusia tewas, lain kali harimau binasa. Berita-berita yang dilansir media massa hanyalah puncak gunung es, dengan puluhan tragedi yang sama terpendam di bawahnya. Sebagai warga pedesaan, sebaiknya Anda percaya dengan ucapan saya ini: Saat ini, detik ini juga, beratus-ratus jerat harimau menganga di seluruh Hutan Sumatera. Para warga desa sedang melindungi miliknya yang paling hakiki,yaitu nyawanya.

Mereka memasangnya di sekeliling pemukiman dan di sekeliling lahan garapan. Apabila terdapat indikasi harimau mendekat, mereka mengumpaninya dengan kambing atau anjing untuk mempercepat penangkapannya. Bahwa ada UU Perlindungan Satwa Langka yang sangat keras sanksi hukumnya, hampir semua warga desa mengetahui itu. Untuk itu jika ada harimau tertangkap, mereka akan membiarkannya sampai mati. Diam-diam, tak ada yang tahu, tak ada yang mengurusinya lagi.

Karena itu saya berpendapat, satu-satunya jalan untuk menyelamatkan harimau adalah membuat tapal batas yang jelas antara manusia dan harimau. Mau tak mau, suka atau tak suka, pada akhirnya nanti harimau hanya terdapat di taman nasional. Mengisolasi harimau itu penting sebelum terlambat. Itu berarti memagari dengan kawat listrik 5 taman nasional utama di Pulau Sumatera, yaitu TN. Gunung Leuser, TN. Batang Gadis, TN. Tesso Nilo, TN. Berbak, dan TN. Kerinci Seblat.

Memang besar biayanya, tetapi bukankah harimau itu harta kekayaan dunia? Kalau PBB turun tangan, apa yang tak bisa dilakukan? Di Afrika, meraka telah sukses melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun