Mohon tunggu...
Tengku Bintang
Tengku Bintang Mohon Tunggu... interpreneur -

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aceh Adalah Sokoguru NKRI

13 April 2013   21:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:14 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak dapat dipungkiri, pemberitaan mengenai GAM dan Bendera GAM telah menjerumuskan pandangan orang tentang Nasionalisme Orang Aceh. Seolah-olah GAM itu adalah Aceh dan Aceh adalah GAM, ingat Aceh ingat GAM. Pandangan itu sebenarnya sangatlah keliru. Jika benang sejarah diurai sedikit saja, akan terlihat jelas bahwa Orang Aceh adalah tonggak pelencang bagi NKRI. Tanpa Aceh tak ada NKRI, tanpa peranan Putera/Puteri Aceh, tak ada kebesaran NKRI hingga sekarang ini.

Tak usahlah menjejaki kebesaran Aceh semenjak Samudera Pasai. Sejarah itu dapat diungkap lain kali. Pada Perang Kemerdekaan saja, tak kurang banyaknya Putera/puteri Aceh menunjukkan komitmennya terhadap Nusantara. Dibandingkan dengan jumlah populasi, maka Aceh adalah pemegang obor. Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Panglima Polim dan AK. Ghani.

Lebih-lebih menyangkut peranan wanita, bahwa wanita adalah tiang negara, bangkit wanita bangkitlah bangsa. Jika Pulau Jawa menyumbangkan RA. Kartini dan Dewi Sartika, maka Tanah Rencong mempersembahkan Malahayati dan Tjut Nyak Dhien. Masih beruntung dari Indonesia Timur berkibar nama Kristina Martha Tiahahu. Jika tidak karena Aceh dan Ambon, tak ada Wanita Indonesia dikenal dunia sebagai panglima perang yang gagah berani.....

Hidup Aceh......, Hidup Ambon......!!

Hidup Pulau Jawa!

Bagaimana kabar dari Papua, Kalimantan dan Sulawesi?

Hidup, semuanya!!

Memang benar, satu dasawarsa terakhir Tanah Rencong agak sepi dari melahirkan tokoh-tokoh. Tak ada kiyai besar lahir, tak ada pejuang nasionalis muncul, tak ada sastrawan maupun budayawan berkelas. Hanya ada Surya Paloh, ya, hanya Surya Paloh malang melintang dengan bualannya, dengan jenggotnya!

Tetapi ini cuma soal waktu. Duku dan durian pun ada musimnya berbuah. Hidup ini berputar seperti roda pedati, adakalanya di atas adakalanya di bawah, meskipun pedati sudah jarang ditemukan saat ini.

Persoalan GAM hanyalah persoalan sesaat. Besar kalau disebut besar, kecil jika dipersepsikan kecil. Ibarat badan meriang, akibat kita lalai menjaga kesehatan sebelumnya. Bagaimana pun Aceh bukan saja bahagian dari NKRI, tetapi adalah pemilik NKRI.

Ya, Aceh adalah sokoguru NKRI!

*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun