Mohon tunggu...
Teguh Murtazam
Teguh Murtazam Mohon Tunggu...

saya adalah mahasiswa fakultas Syariah, jurusan Muamalah Wa Iqtisad, ketertarikan saya antara lain dalam bidang Ekonomi, Hukum, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Money

Merekonstruksi Sistem Perekonomian Indonesia

30 September 2013   20:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:10 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Indonesia adalah negara yang sebenarnya sangat kaya dengan berbagai hasil alam. Mulai dari barang tambang, hasil hutan, sumber daya air, geometral, sumber daya angin, panorama alam yang indah dan sebagainya. Ini adalah anugrah pemberian maha kuasa yang tidak terhingga nilainya bagi negeri jamrut khatulistiwa ini. Namun miris ketika kita melihat apa yang terjadi dinegeri ini sekarang, jumlah masyaarakat yang berada dibawah garis kemiskinan membludak, hutang yang terus menggelembung, bahkan yang paling ekstrim adalah banyak sekali masyarakat indonesia yang mati menggenaskan karna kelaparan. Ini sangat kontradiksi dengan hakikat bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam, hal ini ibarat orang yang tidur dalam tumpukan makanan tapi justru harus mati kelaparaan. Sungguh ironi. Lalu pertanyaannya adalah kemana semua kekayaan sumber daya alam yang ada? Kenapa tidak membawa banyak pengaruh kepada kesejahteraan rakyat dan kenapa Indonesia sampai saat ini masih terlilit begitu banyak hutang bahkan jika dibandingkan dengan jumlah pendapataan Indonesia selama tahun 2012, maka jumlah hutang indonesia ditahun yang sama jauh lebih banyak dari pada pendapatan. Maka mungkin wajar jika kita menyematkan istilah “besar pasak dari pada tiang” kepada negri yang anomali ini.

Sebenarnya masalah utama yang dihadapi bangsa ini adalah korupsi dan kesalahan penataan sistem ekonomi. Disatu sisi kita menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara yang menganut sistem ekonomi pancasila atau ekonomi kerakyatan tapi dalam praktenya justru yang terlihat lebih mengarah kepada kapitalisme. Buktinya adalah terlihat jelas sekali GAP antara pendapatan masyarakat kelas atas dan masyarakat menegah kebawah. Hal ini dikarenakan oleh pengagungan berlebihan terhadap private ownership sehingga yang terjadi adalah terciptanya kasta-kasta dalam ekonomi Indonesia. Selain itu sistem kebebasan berusaha (free enterprise) yang lebih mengarah kepada pasar bebas dunia yang diterapkaan di Indonesia, sebenarnya sangat tidak cocok dengan kondisi Indonesia saat ini karna dalam sistem yang demikian maka skil bisnis yang disandingkan dengan kualitas dan kreativitas produk serta metode pemasaraan sangat diperlukan sedangkan di Indonesia sendiri hal yang demikian masih sangat langka sehingga  jika hal ini masih dibiarkan berlaku maka hampir bisa dipastikan bahwa perekonomian indonesia akan sangat tergantung terhadap produk impor serta perkembangan produk lokal akan sangat terhambat. Dan jika hal ini terjadi maka infalsi besar besaran pasti akan terjadi karna ketika sebagian besar produk ekonomi yanng beredar diindonesia adalah produk luar negri pasti ketika transaksi impor dilakukan pihak-pihak terkait menggunakan mata uang asing untuk media transaksi dengan berbagai pertimbangan maka hal ini akan berefek kepada pengurangan nilai mata uang sehingga yang terjadi adalah seperti saya sebutkan diatas.
nah sebenarnya untuk menyelesaikan masalah seperti ini kita harus menemukan dasar permasalahan dari semua permasalahan tersebut. Kenapa dinegri yang seharusnya kaya tapi justru yang terjadi sebaliknya. Dialinia sebelumnya penulis telah menjelaskan bahwa akar masalah nya adalah korupsi dan kesalahan penataan sistem ekonomi baik berupa kebijakan yang bersifat makro maupun mikro sehingga yang terjadi adalah sistem yang diharabkan memberi konstribusi untuk kemajuan ekonomi justru membobrokkan ekonomi di indonesia sendiri. Salah satu yang menjadi permasalahan utama dalam sistem perekonomian indonesia adalaah pemilihan uang kertas sebagai media pembayaran. Hal ini sebenarnya telah lama dikritik oleh banyak ahli ekonomi didunia. Akan tetapi tidak ada usaha untuk merubah hal tersebut dengan alasan kepraktisan. Padahal jika mau sedikit lebih kreatif benda yang lebih aman untuk dijadikan alat pembayaran adalah emas, dan perak, nah untuk membuatnya praktis maka bisa disiasati dengan pembuatan dalam bentuk keping kecil atau boleh dalam bentuk keras tapi ada unsur emas yang materinya menyatu sehingga nilai instrinsik dari uang itu saja sudah tinggi. Dengan demikian permasalahan dengan fiat money bisa teratasi.

Berkaitan dengan masalah korupsi, pemerintah sebenarnya harus memperbaiki sistem pengawasan berlapis yang lebih proposional dan transparan seperti merangkul masyarakat untuk memantau setiap program yang dicanangkan pemerintah agar tepat sasaran serta bebas dari penyelewengan selain membangun sistem pengawasan internal yang solit. Sehingga sistem pengawasan yang terdiri dari internal sitem dan eksternal sistem bisa singkron dan saling membantu untuk menjaga agar progran-program yang berkaitan dengan penyejahteraan rakyat bisa benar-bear terlaksana dengan baik bebas dari penyelewengan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun