Dalam hidup dan pekerjaan, kita tidak bisa hidup sendirian. Kita butuh teman bicara, tempat berbagi cerita, dan kadang---ketika keputusan terasa berat---kita mencari masukan dari orang lain. Masukan itu bisa datang dari teman kantor yang tiap hari melihat kita bergulat dengan tekanan deadline dan dari atasan. Atau datang dari teman lama di luar kantor, yang lebih mengenal sisi personal dan emosional kita.
Namun, satu hal yang perlu kita sadari: tidak semua masukan layak untuk diikuti.
1. Ketika Kepercayaan Jadi Titik Awal
Saat kita bercerita, apalagi menyangkut masalah pribadi atau pekerjaan, kita melakukannya karena percaya. Kita percaya bahwa orang itu cukup bijak untuk mendengar, cukup peduli untuk mengerti, dan cukup jujur untuk memberi saran terbaik. Tapi kenyataannya, saran yang kita terima tidak selalu objektif. Ada yang memberi saran berdasarkan pengalaman mereka, ada yang hanya berasumsi, bahkan tak sedikit yang memasukkan perasaan iri, dendam, atau kepentingan pribadi ke dalam "saran" mereka.
Di sinilah pentingnya kemampuan menyaring dan menilai sebuah masukan, karena tidak semua saran datang dari niat murni untuk membangun.
2. Masukan Membangun vs Masukan Menjerumuskan
Masukan yang membangun biasanya ditandai dengan:
* Mengandung sudut pandang logis dan rasional
* Disampaikan dengan empati, bukan dengan nada meremehkan
* Tidak memaksa