Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akar Masalah Sistem Pendidikan di Indonesia

25 Agustus 2022   01:34 Diperbarui: 25 Agustus 2022   01:42 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang salah dari sistem yang sudah ada, yang per detik artikel ini dibaca, kesalahan itu masih berlangsung dan mengakar, kita takut mencabut akarnya, siapa juga yang berani mencabut akarnya? sistem apa itu?, ya jawabnya sistem pendidikan kita. Bagi saya tidak ada jalan lain untuk merubah nasib bangsa ini selain sistem dari pendidikan nya dulu yang diperbaiki, seperti kata salah satu bapak perdamaian dunia Nelson Mandela pernah berkata "Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia", benar sekali kutipan itu menurut saya. saya tidak akan bicara tentang angka dan data statistik disini yang sungguh memuakan itu, langsung saja ke penyampaian ide dan apa yang salah menurut saya didalam sistem pendidikan di negeri kita, bagi saya sebagai orang yang pernah belajar disekolah, saya mengamati, mengingat dan coba pikirkan apa yang salah dengan sistem pendidikan kita, apa yang membuat seorang anak malas dan takut ke sekolah,apa yang membuat si bapak/ibu tidak menyekolahkan anaknya, saya merumuskan masalah itu dalam artikel ini berdasarkan penglaman fakta dilapangan dan pengamatan dengan panca indra saya, inilah kunci dasar akar masalah nya :

Ekonomi

Rumusan masalah : Maaf jika disini saya memakai kata yang agak keras, tujuannya hanya agar jelas dan teranglah duduk perkara ini semua, saya akan memakai istilah si kaya dan si miskin dalam poin ini, Si miskin yang tak punya uang bahkan sebelum masuk ke logika bayar uang sekolah dia sudah dibantai di pikiran beli baju seragam, psikologi si miskin ditekan sejak awal bahkan sebelum ia bisa membayangkan mengantar anaknya sampai depan pintu kelas, berbeda dengan si kaya yang sudah membayangkan mau naik mobil apa nanti mengantar anak nya kesekolah, harus rutin di jemput jam berapa sama supir pribadi, sementara si miskin masih mengkalkulasi "kalau anak ku kusekolahkan, besok masih bisa beli beras 1 kg gak ya?", jadi mau ngoceh dari A sampai Z pun tentang kurikulum itu tidak akan sampai ke logika si miskin, itu langsung dibatalkan bahkan sebelum si miskin menghidupkan TV untuk mendengar berita nya di media, jadi inilah lantai nya, akar nya dulu yang harus diselesaikan sebelum kita ngoceh panjang lebar.

Rumusan ide Solusi : Terapkan keputusan yang jelas dari pemerintah dan dibuat landasan hukum nya jelas entah itu UUD atau Perpres, saya sebetulnya malas mengidekan sesuatu yang dilarikan ke hukum karena bagi saya cukuplah seharusnya bagi kita memakai etik filosofi untuk itu, namun mengingat di negeri kita ini semua haruslah ada payung hukum nya, maka bila saya rumuskan beginilah kira-kira bunyinya "setiap anak warga negara Indonesia yang lahir di indonesia, semenjak hari pertama kelahiran nya ke dunia, wajib hukum nya untuk mendapatkan akses pendidikan dari pemerintah dan seluruh perlengkapan yang dibutuhkan wajib sudah disediakan pihak penyelenggara pendidikan dalam hal ini sekolah dan pemerintah wajib menjamin keluarga si anak tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk mendapatkan akses pendidikan itu alias 0 rupiah pengeluaran nya dari mulai tingkat pendidikan yang paling rendah sampai sarjana"  

Saya tidak perduli mau hitungan matematika apapun mau anak si kaya, mau anak si miskin dasar Filosofi nya wajib egaliter, atau kesetaraan. Toh juga lebih banyak anak si miskin dari pada anak si kaya di negeri kita ini, kalau pun anak si kaya tadi mau bersekolah di negeri juga saya jamin presentasi nya pasti kecil ya karna dasar logika nya jumlah anak si miskin lebih banyak dari anak si kaya, saya menjamin apabila rumusan ide ini benar diterapkan dilapangan, langkah ini akan memberikan dampak perubahan besar bagi Indonesia, kurikulum nya silahkan susun saja yang terbaik tapi akar nya harus berangkat dengan jelas seperti tertuang dalam rumusan ini, begitupulah dengan definisi dari setiap kata yang tertuang dalam dasar hukum tersebut biarlah tugas DPR mendefinisikan nya tapi dalam hal perlengkapan yang saya maksud itu wajib hukum nya didalamharus tertuang seperti baju sekolah/seragam si anak, buku tulis nya, tas sekolah nya, pulpen nya, pensil nya, sepatu sekolah nya dll, semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk sekolah. Untuk tingkatanya kenapa saya rumuskan sampai sarjana, alasan nya :

1. Sebenarnya saya sangat ingin menuliskan nya sampai doktor atau s3 namun perhitungan logika saya mengatakan itu tidak perlu kalau akar nya sudah baik sampai sarjana pun sudah cukup, setelah nya si anak harus langsung mempraktekan apa yang sudah di ajarkan disekolah dan itu saya rasa cukup untuk mengubah nasib bangsa ini dengan kemampuan nya.

 2.kenapa saya menentang pendidikan gratis sampai tingkat SMU, alasanya karena tidak lain perusahaan-perusahaan seringkali menuliskan dalam syarat pelamar bagi perusahaan nya adalah pendidikan minimal s1, ini sistem yang memaksakan si mengah atau si miskin harus bersusah payah menyekolahkan anak nya 4 tahun lagi dengan biayaya yang membuat nya kembali ke logika di awal takut untuk menyekolahkan anaknya, jadi itulah alasan saya rumuskan sampai ke sarjana atau s1.

Saya ingin merumuskan beberapa hal lagi yang seharusnya dipikirkan dan diselesaikan masalahnya oleh pemerintah di sistem pendidikan ini, namun akal sehat saya mengingatkan bahwa ini sajalah dulu akar masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah, saya rasa kalau ini saja bisa dilaksanakan dilapangan dan faktanya jalan benar, maka cukuplah rumusan ini untuk menyenangkan hati rakyat baik si miskin atau si menangah atau si kaya. Saya berharap artikel sederhana ini dapat dibaca presiden, biar langsung bisa di praktekan dan dijalankan. Karna saya duga inilah harapan dasar bagi rakyat kecil. Tak ada gunanyalah dan muaklah saya membahas dan mendengar system kurikulum yang dirubah-rubah, bagi saya selagi akar masalah yang saya coba rumuskan ini tidak diselesaikan maka selamanya akan tetap seperti sekarang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun