Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ke Mana Saja Kaum Intelek Kita?

29 Juli 2021   20:05 Diperbarui: 26 Mei 2023   09:59 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

===

Bila kita definisikan sederhana bahwa intelektual adalah orang yang melek belajar dan terpelajar, maka sesungguhnya kita memiliki banyak potensi intelektual, dengan beragam tipikal dan tingkatnya.

Baik yang diukur dalam skala pendidikan Islam  pesantren (murni) atau yang diukur lewat pendidikan formal hingga jenjang sarjana (arti sarjana adalah terpelajar).

Atau mereka yang menjadi intelek secara non formal, lewat interaksi pengalaman dan penghayatan terhadap tanggung jawab akademik dan sosial.

Masalahnya, cukupkah label intelek itu dengan sematan "gelar" tamat sekolah semata? Inilah yang kemudian menjadi kegamangan sosial, saat para lulusan itu tak terserap oleh dunia kerja: apalagi saat adaptasi pandemi ini, setidaknya hingga dua atau lima tahun ke depan.

Artinya kita bukan menafikan "intelektual  yang kemudian menjadi pekerja". Tapi seberapa banyak sikap dan tanggung jawab intelek itu tampil dalam wujudnya? berupa kontribusi lebih, inovasi dan akselerasi kebudayaan kita?

Kebudayaan yang kita maksud adalah kebudayaan berbasis nilai normatif lokal dengan segenap romantisme, cita rasa dan kekhasannya di Indonesia.

Lalu kembali ke poin di atas, kemana kaum intelektual itu? sebagian menyebut mereka sibuk di menara gading pengetahuannya.

Mereka sibuk di ruang ruang Lab dan kampus kampus untuk beragam kepentingan, yang secara ekspilit belum mendongkerak level pendidikan kita di skala dunia.

Sebagian lagi masuk ke dunia kerja dengan ragam tantangan dan dinamikanya, tenggelam dalam rutinitas dan kebiasaan "robotik", kebiasaan berulang. Hingga mematikan semangat kreatif, meneliti dan mengembangkan problem solving secara terencana dan berjangka panjang.

Lalu sebagian lain, tergerus dalam pergulatan keseharian dan usaha usaha idealisme tertentu. Terutama bila dikaitkan dengan capaian finansial. Intelektual dalam kelompok ini relatif sunyi dan mungkin terpinggirkan, walau bisa saja peran mereka lebih signifikan dan langsung ke denyut masyarakat kebanyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun