Saya baru saja mendengar kalimat magis "Ini semua demi mimpi mereka!" beberapa puluh menit yang lalu. Dan, karena kalimat itu, entah bagaimana saya tiba-tiba mendadak ingat kisah Nur - yang sedikit kisahnya pernah saya tulis di artikel sebelum ini. Â
Keteguhan hati Nur untuk bisa kuliah di universitas 'elit' di Jakarta pernah juga membuat ayah dan ibunya terjebak dalam ruang yang membuatnya bimbang dan akhirnya harus membuat keputusan di luar keinginan mereka.Â
Pak Yatno, ayah Nur, demi sekolah anaknya, terpaksa melepas Nur pergi setelah menggadaikan surat tanah mereka.
"Saya mau sekolah di Jakarta! Masa saya sekolah di kampung terus? Bosan, ah!" rengek Nur waktu itu.
Pilihan Nur sudah bulat. Ibu dan bapaknya tidak bisa membujuknya agar ia mau sekolah di kampungnya uatuk mengirit ongkos. Nur 'mengintimadasi' dengan mengatakan ia lebih baik tidak kuliah ketimbang kuliah di sekolah yang dia tidak senanginya.
Orang tuanya menyerah. Tak berkutik.
Dengan bekal uang hasil menggadaikan tanah di kampung, Nur pun pergi, menggapai mimpinya di Jakarta. Sekaligus menambahi tumpukan utang orang tuanya.
***
BBC, dalam salah satu artikelnya "Asia's parents suffering 'education fever", pernah menuliskan laporan yang mengatakan bahwa kini, para orang-tua di Asia memang tengah menderita 'demam pendidikan'.Â
Ada bukti dari riset yang mengatakan tingkat pengeluaran pendidikan yang tinggi di Cina, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, Singapura, India dan juga Indonesia.
Dan, ya, cerita ayah Nur dan adik saya, adalah bukti bahwa yang dikatakan BBC itu benar adanya.