Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Politik Identitas Dianggap Lebih Bertuah?

29 Mei 2019   18:15 Diperbarui: 29 Mei 2019   18:25 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: GEOTIMES

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menyelesaikan salah satu tugasnya menetapkan hasil rakapitulasi penghitungan suara nasional untuk pemilihan Presiden, pemilihan legislatif dan dewan perwakilan daerah di tengah-tengah ancaman demo besar-besaran yang ternyata menjadi kenyataan. Demo itu pun berakhir menjadi kerusuhan.

Pasangan Jokowi--Ma'ruf Amin, oleh KPU, dinyatakan unggul dengan perolehan 55,50%, mengalahkan calon pasangan Prabowo-Sandi. Perolehan suara ini diketahui tidak jauh berbeda dengan prediksi hitung cepat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei.

Banyak pihak menyatakan pendapat mereka bahwa pemilihan tahun ini (2019) disebut sebagai pemilihan umum paling berat dan penuh dengan banyak cobaan. Pemilu tahun ini adalah pemilu yang penuh sesak dengan isu-isu identitas yang membelah-belah masyarakat.

Meski pada awalnya ada begitu banyak harapan, termasuk saya, agar Pemilu 2019 bisa menjadi pesta demokrasi yang damai, adem dan menyenangkan. Tetapi, kenyataannya tidaklah demikian.

Jauh sebelum Pemilu 2019 dilangsungkan, ancaman kampanye dengan menggunakan isu-isu identitas sempat mengemuka. Selain isu-isu identitas, ujaran kebencian, maki-memaki, hoak, kampanye hitam dan fitnah juga membayangi.

Sejak awal banyak kalangan sadar bahwa adalah mustahil orang akan memenangi kontestasi politik yang demikian besar tanpa strategi kampanye yang jitu. Bukankah, sebelumnya, pernah ada seseorang mengatakan demikian: kebenaran yang tidak diperjuangkan akan dikalahkan oleh ketidakbenaran yang diperjuangkan?

Maka, untuk memenangi laga itu, rupa-rupa strategi, cara dan jurus pun harus dicoba digunakan, termasuk memainkan isu identitas.

Burhanuddin Muhtadi, pengajar FISIP UIN Jakarta dan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, dalam buku anyarnya yang berjudul "Populisme, Politik Identitas dan Dinamika Electoral", menuliskan pendapatnya bahwa isu-isu identitas yang marak di Indonesia itu sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari banyak peristiwa politik yang terjadi di banyak tempat di dunia. Usai kemenangan Victor Orban di Hungaria (2010), Brexit di Inggris (2016), Donald Trump di Amerika Serikat (2016) dan Bolsonaro yang memenangi Pemilu Brazil (2018), isu politik identitas kian kerap digunakan.

Di Indonesia sendiri, seperti kita ketahui, Anies juga dinilai banyak pihak bisa berhasil mengalahkan Ahok dengan strategi politik yang mirip dengan strategi yang digunakan banyak tokoh-tokoh dunia yang saya sebutkan diatas.

Maka, seperti ditulis oleh Burhanuddin Muhtadi dalam bukunya itu, merujuk kepada banyak peristiwa politik di dunia, politik identitas telah dianggap seperti template bagaimana cara memenangi pemilu. Ia pun bahkan dianggap lebih bertuah dibandingkan strategi kampanye dengan menyuarakan program-program ekonomi dan fakta keberhasilan di lapangan.

Berdasarkan banyak data dan paparan yang sudah dipublikasikan banyak lembaga, dan seperti kita sudah ketahui, terdapat bukti atau kesimpulan menarik bahwa ada garis tegas yang membedakan antara pemilih 01 dan 02. Bahwa Muslim tradisional lebih condong untuk memlih Jokowi - Amin, dibandingkan Muslim modern yang lebih pro ke Prabowo. Pemilih yang non-nuslim lebih condong untuk memilih Jokowi -- Amin dibandingkan memilih Prabowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun