Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mereka (yang Terseok-seok) Bicara Kemerdekaan

30 Agustus 2017   10:52 Diperbarui: 30 Agustus 2017   17:15 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upacara peringatan 17 Agustus itu baru saja usai. Tidak ada lagi lomba panjat pinang, tarik tambang dan bakiak. Keseruan itu akan datang kembali setahun yang akan datang..

Ada beragam pandangan dari banyak orang tentang makna peringatan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang baru saja berlalu itu. Mereka berbicara tentang nasionalisme, tentang semangat menjaga Indonesia, dan tentang cita-cita agung bangsa yang terpatri kuat di setiap helai bulu sayap burung Garuda. Umumnya, pandangan-pandangan itu diketik begitu rapi dan dimuat di halaman-halaman utama media cetak.  

Ada satu lagi..  bahwa makna-makna kemerdekaan itu sekarang juga kerap divisualkan dengan sangat apik di layar televisi, dengan background musik yang bisa menggetarkan. Setiap orang yang menonton dan mendengarkan lagu kebangsaan itu, apalagi untuk orang-orang yang sedang mengais dollar di luar negeri, pasti merasakan semangat nasionalisme itu begitu menggelora. Saya pernah merasakan seperti itu. Kangen ingin segera pulang dan menginjakkan kaki kembali di tanah kelahiran.

Tanah air ku tidak kulupakan

Kan terkenang selama hidupku

Biarpun saya pergi jauh ....

Kesimpulannya adalah bahwa peringatan kemerdekaan itu meninggalkan makna dan kesan yang begitu dalam bagi banyak orang.

Namun... apakah peringatan kemerdekaan itu juga meninggalkaan kesan dan makna yang sama untuk orang-orang pinggiran atau orang-orang tidak akrab dengan mall, hape dan status di medsos? Apakah mereka juga mempunyai kesan yang sama seperti kesan dari orang-orang yang sedang berjalan-jalan dan kemudian dicegat dan diwawancarai oleh reporter cantik sementara teman laki-lakinya berada di belakang dan menggotong kamera?

Jawaban yang saya dapatkan ternyata tidak......

Beberapa hari lalu, saya bertemu seorang Bapak tua penjual sandal keliling, saat kami bersama-sama sedang menonton lomba panjat pinang di daerah Ciracas Jakarta Timur. "Apa ya Nak? ... Saya tidak tahu ..." jawab bapak itu ketika aku tanya apa makna peringatan kemerdekaan. Pakaiannya lusuh, wajahnya kelelahan dan berwarna gelap. Aku mengira, mungkin Bapak itu terlalu lama menghabiskan hidup di jalanan menjajakan sandalnya.

"Rumah Bapak jauh dari sini?" tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun