Di layar perak, ada momen ketika cerita bukan sekadar hiburan, melainkan cermin kehidupan. Agape: The Unconditional Love, yang resmi tayang pada 4 September 2025, adalah salah satu film yang mengajak kita berhenti sejenak, menatap ke dalam, dan bertanya: sejauh mana kita mengenal makna cinta yang benar-benar tulus?
Disutradarai oleh Arie Azis, dengan naskah yang ditulis oleh Titien Wattimena dan Beta Ingrid Ayu, film berdurasi 105 menit ini mengusung struktur multiplot---sebuah mosaik kisah yang saling bersinggungan di ruang yang sama: sebuah rumah sakit, tempat di mana kehidupan dan kematian bernegosiasi setiap hari. Dari sanalah, delapan tokoh utama membawa kita menyusuri lorong-lorong harapan, duka, dan pengorbanan.
Mosaik Cerita yang Menggugah
Film ini merangkai empat kisah utama, masing-masing menghadirkan relasi yang dilandasi cinta tanpa pamrih.
Pertama, ada Sania (Maudy Koesnaedi), seorang ibu yang tak kenal menyerah demi kesembuhan putrinya, Kira (Sarah Beatrix), yang mengidap leukemia. Siang hari, ia mengendarai ojek online; malam, menjadi resepsionis karaoke. Semua dilakukan demi biaya pengobatan. Dari wajah Sania, kita belajar arti keikhlasan yang menyakitkan.
Kisah berikutnya menyorot Gigi (Rania Putrisari), gadis dengan kelainan jantung bawaan. Sang adik, Gino (Pangeran Lantang), menunda mimpinya menjadi penyanyi demi merawat kakaknya. Sebuah keputusan yang mengajarkan kita bahwa cinta bukan sekadar kata, melainkan pengorbanan nyata.
Lalu ada Daffa (Tanta Ginting), penderita gagal ginjal, yang menemukan ketulusan persahabatan dari Bimo (Samuel Rizal). Di tengah mesin dialisis yang menderu, kita melihat keheningan yang penuh arti: setia itu tak selalu harus bersuara.
Dan jangan lupakan Yosua (Tyo Pakusadewo), pria lanjut usia yang sinis, melawan diabetes dengan keteguhan istrinya, Martha (Meriam Bellina). Pertengkaran kecil mereka, yang sesekali pecah di antara jarum suntik dan alat medis, justru menyingkap kelembutan yang tak bisa dipalsukan. Anak mereka, Markus (Rendy Kjaernett), melengkapi dinamika emosional ini.
Sebagai selingan yang tak kalah menyentuh, hadir Masinton (Dwi Yan)---mantan satpam dengan demensia, ditemani Chika (Chika Waode), penjaga kantin yang penuh empati. Mereka adalah pengingat bahwa kebaikan kadang datang dari orang yang tak pernah kita duga.
Tak berhenti di situ, film ini juga menempatkan tenaga medis---Dr. Pujiati (Dewi Yull), Amel (Maudy Wilhelmina), dan Prof. Astuti (Tutie Kirana)---sebagai figur penjaga nurani. Mereka tidak hadir sebagai pahlawan tanpa cela, melainkan manusia dengan rasa lelah, tetapi tetap memilih untuk peduli.