Film Panggil Aku Ayah merupakan adaptasi dari film Korea Pawn (2020), diproduksi oleh Visinema Studios bersama CJ ENM dan digarap oleh sutradara pemenang Piala Citra, Benni Setiawan. Ceritanya sederhana namun menyentuh, dimulai dari Dedi (Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (Boris Bokir), dua penagih utang yang sehari-hari lebih akrab dengan kerasnya hidup ketimbang kehangatan rumah. Suatu hari, mereka mendapati seorang anak perempuan bernama Intan (Myesha Lin Adeeva Afsheen) ditinggalkan sang ibu, Rossa (Sita Nursanti), sebagai jaminan utang. Sejak saat itu, kehidupan mereka berubah arah.
Awalnya, hubungan yang terjalin terasa canggung. Dedi dan Tatang melihat Intan tidak lebih dari sebuah "beban tambahan" yang harus mereka tanggung. Namun, seiring waktu, kepolosan dan ketulusan Intan perlahan-lahan mengikis tembok keras yang membungkus hati Dedi. Bersama Tatang yang penuh humor, mereka bertiga menjelma menjadi keluarga tak biasa, keluarga yang dibangun bukan dari darah, melainkan dari kehadiran, perhatian, dan cinta yang lahir tanpa pamrih.
Chemistry para pemeran menjadi kekuatan utama film ini. Ringgo Agus Rahman dengan kepolosan kasarnya, Boris Bokir yang tak hanya berfungsi sebagai komedi tetapi juga memberi kehangatan, serta Myesha Lin yang memikat dengan kepolosannya. Hadir pula Tissa Biani, Grace Emmanuela, dan Sita Nursanti yang memperkaya dinamika cerita. Semua ini semakin kuat dengan kehadiran lagu "Tegar" yang pernah dipopulerkan Rossa, kini dibawakan kembali oleh Sita Nursanti bersama Tissa Biani, memberi resonansi emosional yang pas di tengah perjalanan kisah.
Durasi sekitar dua jam dimanfaatkan untuk menuntun penonton masuk perlahan ke dalam emosi yang berlapis. Ada tawa, ada air mata, ada juga rasa hangat yang menyelinap pelan tapi membekas lama setelah layar gelap. Film ini tidak sekadar drama keluarga, tetapi juga refleksi tentang arti keluarga itu sendiri. Bahwa keluarga bisa lahir dari pertemuan tak terduga, bahwa cinta bisa tumbuh di ruang-ruang yang awalnya kosong, bahwa rumah bisa tercipta dari orang-orang yang awalnya asing.
Di titik ini, mungkin kita yang menonton akan bertanya dalam hati: siapa sebenarnya yang menjadi pembaca atau penonton utama pesan film ini? Apakah mereka yang sedang berkeluarga dan butuh diingatkan bahwa kasih sayang adalah fondasi paling utama? Atau para anak muda yang sering memandang keluarga sekadar formalitas, agar sadar bahwa cinta bisa datang dalam bentuk yang tak mereka sangka? Atau justru kita semua, yang barangkali pernah merasa sendiri, untuk percaya bahwa rumah selalu bisa ditemukan meski lewat jalan yang berliku?
Pada akhirnya, Panggil Aku Ayah mengajak kita menyadari bahwa cinta tak selalu hadir lewat ikatan darah. Ia bisa datang dari perjumpaan yang ganjil, dari situasi yang awalnya penuh keterpaksaan, tetapi justru tumbuh menjadi ruang teduh tempat seseorang bisa memanggil "ayah" dengan sepenuh hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI