Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Lyora, Kisah Penantian yang Menyentuh, Tapi Kurang Membumi

19 Agustus 2025   19:09 Diperbarui: 19 Agustus 2025   21:35 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Lyora: Penantian Buah Hati adalah salah satu drama keluarga Indonesia yang mencoba menghadirkan kisah sederhana, namun penuh emosi, tentang perjuangan seorang pasangan dalam mendapatkan buah hati. Kisahnya berangkat dari pengalaman nyata Meutya Hafid, jurnalis yang kini menjabat Menteri Komunikasi dan Digital, bersama suaminya Noer Fajrieansyah. Perjalanan panjang mereka melewati keguguran, proses bayi tabung, hingga akhirnya kehadiran seorang putri bernama Lyora menjadi inti cerita yang diangkat ke layar lebar.


Film ini digarap dari novel Lyora: Keajaiban yang Dinanti karya Fenty Effendy, dan disutradarai oleh Pritagita Arianegara.  Dari sisi pemain, jajaran nama besar turut serta: Darius Sinathrya sebagai Fajrie, Marsha Timothy memerankan Meutya Hafid, lalu ada  Widyawati, Olga Lydia, Hannah Al Rashid, Aimee Saras, Ariyo Wahab, dan Ivanka Suwandi yang masing-masing mengisi peran pendukung dengan karakter kuat. Kehadiran aktor-aktor berpengalaman ini membuat film terasa hidup, terutama saat mereka menghidupkan konflik rumah tangga, kegelisahan, dan harapan yang selalu tumbuh meski penuh kegagalan.

Sinopsisnya sederhana namun menyentuh: Meutya dan Fajrie adalah pasangan mapan yang sudah lama mendambakan anak. Namun berkali-kali harapan itu pupus, entah karena keguguran atau prosedur medis yang gagal. Mereka menempuh jalan panjang, termasuk terapi di luar negeri, sebelum akhirnya Tuhan mempertemukan mereka dengan kebahagiaan: lahirnya seorang putri, Lyora. Sepanjang film, penonton diajak menyelami dinamika emosi pasangan ini---antara optimisme dan rasa putus asa, antara iman dan ujian, antara cinta dan rasa takut kehilangan.

Secara sinematik, film ini cukup rapi. Kamera tidak berusaha terlalu banyak bereksperimen, justru menekankan keintiman dalam ruang-ruang kecil: kamar rumah sakit, ruang doa, percakapan lirih antara suami-istri. Musik pengiring hadir seperlunya, tidak mendominasi, hanya mengalir mengikuti alur perasaan. Semua ini membuat kisah Lyora lebih terasa personal ketimbang spektakuler.

Namun di balik segala keindahan dan kekuatan emosinya, ada hal yang mungkin membuat sebagian penonton merasa jarak. Film ini, bagaimanapun, menggambarkan perjuangan orang-orang yang relatif beruntung secara finansial. Meutya dan Fajrie bisa dengan mudah mengakses teknologi bayi tabung, layanan kesehatan terbaik, bahkan fasilitas medis di luar negeri. Ini tentu berbeda dengan kenyataan banyak pasangan di Indonesia yang mengalami nasib serupa, namun harus pasrah karena keterbatasan biaya, sulitnya akses kesehatan, atau minimnya dukungan sosial. Di titik ini, kisah Lyora menjadi sangat menyentuh, tetapi kurang membumi. Ia lebih menyerupai potret perjuangan kelas menengah-atas yang punya pilihan luas, ketimbang cermin keseharian masyarakat kebanyakan.

Meski begitu, tidak bisa dipungkiri film ini tetap menghadirkan pesan universal: bahwa perjuangan untuk menjadi orang tua adalah perjalanan spiritual, penuh luka dan air mata, namun juga penuh harapan. Banyak orang akan tetap menemukan dirinya di sana, terutama dalam sisi emosional---kecemasan setiap kali doa terasa tidak dijawab, kebahagiaan ketika keajaiban akhirnya tiba.

Akhirnya, Lyora: Penantian Buah Hati adalah film yang hangat, dengan kekuatan utamanya terletak pada kisah nyata di baliknya. Ia bukan sekadar drama, tapi sebuah testimoni kehidupan yang dituturkan dengan kejujuran. Walau sebagian penonton mungkin merasa jarak dengan realitas mereka sendiri, kisah Lyora tetap berhasil mengingatkan bahwa di balik setiap air mata, ada harapan yang tak boleh dilepas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun