Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dispierta Mama: Thriller Emosional dari Panama

25 Juni 2025   08:10 Diperbarui: 25 Juni 2025   08:31 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dispierta Mama: dokpri 

"No me importa si el mundo entero se cae... pero mi hija tiene que aparecer."
("Aku tidak peduli jika dunia ini runtuh... tapi anakku harus ditemukan.")
--- Ali, dalam Despierta, mama

Bagaimana jika tempat yang kita anggap pelarian justru menyembunyikan luka lama yang belum sembuh? Dalam film Panama berjudul Despierta, mama (2024), sutradara Arianne Benedetti menghadirkan sebuah thriller emosional yang menembus batas geografis dan budaya: tentang kehilangan, prasangka, dan cinta seorang ibu yang tak pernah padam.

Diputar dalam Festival Film Amerika Latin 2025 di Jakarta, film ini dibuka dengan pesan hangat dari sang sutradara langsung untuk penonton Indonesia. Ia berharap agar film ini bisa dirasakan bukan sekadar sebagai hiburan atau ketegangan semata, melainkan sebagai ruang perenungan tentang trauma, kesepian, dan harapan.


Sinopsis: Luka Lama, Kehilangan Baru.
Ali, seorang janda muda, pindah ke desa terpencil bersama putri semata wayangnya, Sofa, setelah kehilangan suami akibat  kanker paru yang memilukan. Ia berharap bisa membangun kembali hidupnya dari awal. Tapi nasib berkata lain.
Asyiknya lagi film ini juga banyak bercerita dengan gaya flash back melalui kenangan Ali sendiri.
Sebuah kecelakaan kecil ketika di rumah bersama Sofia membuat Ali harus dirawat, dan saat ia terbangun... Sofa telah menghilang. Apakah Sofia hilang karena diculik atau tersesat ketika mencari bantuan ketika ibunya terjatuh dan pingsan?

Warga desa cemas. Polisi bergerak. Tapi lebih dari siapa pun, Ali dihantui oleh rasa bersalah, dan mulai bertanya: siapa yang bisa ia percaya di tempat asing ini?
Kecurigaan langsung mengarah pada Juan, penjaga sekolah yang kerap terlihat bersama Sofa. Sosok pendiam dan sedikit canggung ini dengan cepat dicap sebagai "tersangka". Tapi ternyata hidup Juan sendiri menyimpan luka --- anak perempuannya, Lupita, juga telah lama hilang. Ia dan istrinya masih hidup dalam trauma yang tak pernah sembuh.

Apakah hilangnya Sofa berkaitan dengan masa lalu Juan? Atau justru ada misteri lain yang jauh lebih dalam?
Film ini dengan cerdas membangun ketegangan, membuat kita terus bertanya, sambil perlahan-lahan menyelami kedalaman psikologis para tokohnya.

Sinematografi yang Mencekam dalam Kesunyian
Benedetti piawai memanfaatkan lanskap alam Panama: pegunungan berkabut, jalan setapak yang sepi, sekolah yang muram. Suara alam dan keheningan berfungsi bukan hanya sebagai latar, tapi juga sebagai pantulan kegelisahan batin para tokoh.
Ali digambarkan secara realistis: tidak selalu kuat, kadang terguncang, tapi naluri keibuannya membuat ia tetap berdiri. Aktingnya begitu jujur, membuat penonton ingin ikut memeluknya di layar.

Juan: Lebih dari Sekadar Tersangka
Alih-alih menjadi antagonis, Juan menjadi wajah dari luka yang terlupakan. Ia adalah pria biasa yang tidak tahu harus bagaimana menghadapi duka. Ia kehilangan anak, kehilangan kepercayaan warga desa, bahkan kehilangan dirinya sendiri.
Fakta bahwa ia dijadikan target hanya karena "berbeda" adalah kritik tajam terhadap prasangka kolektif yang kerap muncul di komunitas tertutup. Film ini seolah bertanya: siapa sebenarnya yang harus kita curigai --- orang aneh yang sendirian, atau masyarakat yang terlalu cepat menghakimi?

Bukan Sekadar Thriller
Despierta, mam tidak menjawab semua pertanyaan secara gamblang. Ia mengajak penonton untuk ikut merasakan getirnya pencarian, dan membiarkan misteri tetap menggantung di udara. Apakah Sofa akan ditemukan? Apakah Ali bisa memaafkan dirinya sendiri? Jawabannya hanya bisa dirasakan, bukan diucapkan.
Dan mungkin, itu yang membuat film ini begitu membekas.

Kesimpulan: Teriakan dari Pegunungan
Film ini adalah sebuah surat cinta yang getir untuk semua ibu yang pernah kehilangan. Ia juga merupakan pengingat bahwa di balik wajah-wajah biasa, selalu ada trauma yang tersembunyi --- dan bahwa terkadang, jalan menuju penyembuhan justru datang dari tempat dan orang yang tak terduga.
Dengan pesan emosional dari sutradara yang membuka film dan ending yang baru terjawab diakhir kisah, Despierta, mam menjadi pengalaman sinematik yang lebih dari sekadar cerita --- ia adalah panggilan untuk "terbangun" dari luka dan berani mencintai lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun