Sebagai pengganti pupuk kimia sintetis digunakan hewan ternak yang digembalakan di lahan pertanian organik. Di mana setiap satu tahun sekali satu petak lahan ditanami dengan tanaman pakan ternak yang kandungan proteinnya tinggi, yaitu berupa rumput dan leguminosa.
Pada sistem pertanian organik kotoran yang dihasilkan oleh ternak tersebut akan memberikan tambahan unsur hara bagi tanah. Di sisi lain, perakaran rumput dan leguminosa yang telah mati juga memberi tambahan bahan organik sekaligus unsur hara nitrogen. Sehingga tanah kembali menjadi gembur, subur dan tersedia nutrisi siap serap bagi tanaman selanjutnya.
Pengolahan tanah seperti membajak dan mencangkul harus dihindari. Karena aktifitas tersebut terbukti membuat tanah pertanian menjadi keras. Porositasnya juga berkurang akibat dari kerusakan struktur tanah yang sebelumnya sudah disusun dengan baik oleh aktifitas organisme.
Namun proses pertanian organik ini hanya bisa dilakukan ketika petani saling bergotong royong untuk menggilir petak lahannya setiap satu tahun sekali sebagai lahan penggembalaan.
Sedangkan untuk mencegah serangan hama dan penyakit dalam sistem pertanian organik, serahkan saja pada predator dan parasitoid. Ia bisa berupa serangga, bakteri dan jamur. Yang perlu dilakukan supaya predator dan parasitoid ini muncul di lahan ialah membuat lingkungan yang sesuai dengan habitatnya, yaitu dengan cara menanam aneka bunga yang kaya akan nektar dan polen. Kemudian sediakan pula shelter untuk bernaung berupa tumpukan batu berongga dan jerami, serta sumber air yang bisa berupa kolam kecil.
Tanaman yang dibudidayakan dalam sistem pertanian organik juga harus beraneka ragam dan ada pendampingnya. Contohnya seperti kembang kol yang ditanam bersisian dengan bunga kenikir, tomat ditanam dengan kemangi, jagung ditanam bersaman dengan kacang kedelai, dan masih banyak lagi. Metode pertanian organik ini dikenal dengan istilah "companion planting".
Pertanian Organik Sebagai Solusi yang Holistik
Ketika petani menerapkan poin-poin dasar pertanian organik di atas, maka kesuburan tanah akan terjaga dengan baik. Hasilnya tanaman yang dibudidayakan secara organik dapat menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Serangan hama dan penyakit pun dapat dicegah sedemikian rupa. Sehingga petani yang menggunakan sistem pertanian organik mendapatkan hasil panen berkualitas sekaligus melimpah dengan biaya produksi yang rendah.
Karena ada aktifitas penggembalaan, maka produksi daging juga akan meningkat. Biaya pengadaan pupuk dapat dihilangkan, sehingga keseluruhan biaya produksi pertanian dapat berkurang secara drastis.
Dari sini ketersediaan bahan makanan yang diproduksi melalui teknis pertanian organik dengan harga terjangkau dapat tercapai tanpa mengorbankan perekonomian petani dan kesehatan lingkungan.
Referensi: