Mohon tunggu...
taufik hidayat
taufik hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Aktivis politik dan penggiat pendidikan

Pernah menjadi anggota DPRD Kota Banjarmasin periode 1997-1999, 1999-2004 dan ketua DPRD Kota Banjarmasin periode 2004-2009. Sekarang aktif sebagai ketua BPPMNU (Badan Pelaksana Pendidikan Ma'arif NU) Kota Banjarmasin dan ketua Yayasan Pendidikan Islam SMIP 1946 Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Banyak dari Musibah

17 Januari 2021   21:24 Diperbarui: 17 Januari 2021   21:28 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh : Taufik Hidayat

"Bersabarlah! Insya Allah semua ada hikmahnya".

Itulah ucapan standar kalau ada teman, keluarga atau diri kita sendiri sendiri saat tertimpa musibah. Bersabar, ya, bersabar untuk bisa menerima kenyataan yang ada, sembari berharap ada hikmah sesudahnya.

Ucapan standar?

Barangkali ada sahabat yang jeli setelah membaca kalimat saya di atas, tergelitik untuk mengajukan pertanyaan, "Memangnya ada yang bisa dilakukan selain bersabar?" Bukankah bersabar itu pilihan terbaik dan Allah SWT sudah menyatakan bahwa "orang sabar itu bersama-Nya?"

Terus, sekiranya saya kemudian menyatakan bahwa "kita harus belajar bersyukur terhadap musibah yang terjadi", semoga tidak ada sahabat yang protes keras.  Semoga semuanya tetap berkepala dingin, meskipun musibah sedang melanda kita bertubi-tubi.

Sahabat yang baik hati.

Tulisan ini dibuat di sela-sela memantau pergerakan air yang terus menaik. Sekitar jam 01.00 WIT (malam) tanggal 17 Januari 2012,  air sudah hampir mencapai lantai rumah saya. Sebelumnya hanya mencapai teras. Semoga malam ini yang tertinggi, sehingga besok bisa pelan-pelan menyurut. Aamiin YRA.

Saya tinggal di Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Kondisi banjir di Banjarmasin memang tidak separah di beberapa daerah lain di provinsi tertua di pulau Kalimantan ini. Di beberapa bagian kota yang dekat dengan sungai, banjirnya pasang surut. Artinya kalau malam air tinggi, nanti pelan-pelan surut. Namun, besok bisa meninggi lagi.

Di beberapa bagian kota yang lain, airnya memang merendam karena air yang naik tidak bisa segera kembali akibat  drainase yang tidak memadai. Tidak seimbang dengan volume air yang mau keluar. Untungnya airnya tidak deras - naik pelan dan turun pelan - sehingga tidak menimbulkan kerusakan berat.

Orang Banjar menyebut kondisi ini dengan istilah 'calap' yang dalam bahasa Indonesia maksudnya terendam air. Kondisi yang sesungguhnya sudah biasa, hanya saja tahun ini tingkat ketinggiannya meningkat jauh dari biasanya. Tahun-tahun sebelumnya rumah saya tidak pernah 'kecalapan'  sampai ke teras, baru tahun ini hampir mencapai lantai rumah. Lantai dapur dan toilet sudah terendam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun