Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manifestasi Munajat untuk Diri

25 Maret 2021   16:25 Diperbarui: 25 Maret 2021   16:42 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: @pieu_kamprettu

Minggu-minngu ini, jenjang pendidikan tingkat SMA sedang melaksanakan ujian akhir kelulusan bagi para siswanya. Tentu saja, pembatasan kegiatan di luar lingkup pendidikan bagi sang anak yang akan melakukan ujian merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, beberapa di antara puluhan ribu siswa seantero negeri itu justru ikut mengikuti acara Selasan pada putaran ke-68 di Sanggar Wening kali ini.

Hal menjadi menjadi fenomena yang sedikit unik. Ketika ditanya tentang alasan mengapa justru mengikuti agenda Selasan? Bagaimana meminta ijin kepada orang tua? Atau terkait waktu pelaksanaan yang nyatanya juga dilakukan di pagi hari, kalau ditarik garis besarnya mereka menyepakati satu jawaban yang sama, yakni agar hajatnya dikabulkan, lulus dan mendapatkan tempat pendidikan selanjutnya seperti yang diinginkannya.

Mereka tetap mengupayakan proses belajar seperti pada umumnya, namun mereka seolah mengerti dan telah menyadari bahwa seberapapun upaya dan tenaga yang dikeluarkan, mereka tidak bisa menyandarkan harapan terhadap itu. Mereka mengetahui bahwa Allah-lah yang paling tepat untuk mengadu apa saja yang menjadi harapan pun dengan nasib masa depannya. Mereka tidak lupa bahkan menjaga bahwa sebisa mungkin apa yang menjadi kehendak diri berkesesuaian dengan kehendak-Nya.

Setidaknya dari satu fenomena tersebut, ada secerca cahaya menarik yang sangat berpotensi di masa yang akan datang bagi orang-orang yang lebih tua disekitarnya. Selasan memang acapkali menjadi tempat untuk mengadu harap. Melalui wirid dan sholawat yang identik dengan kebiasaannya, bagi orang tertentu digunakan menjadi ruang peraduan untuk meletakkan sejenak segala bentuk permasalahan pribadi yang dibawanya.

Dari banyak bacaan yang dilafadzkan bersama tiap minggunya, ada satu bagian tertentu --kebanyakan saat menyuarakan bersama ayat "hasbunallah wa ni'mal Wakil, ni'mal Maula wa ni'man Nashir"--- nuansa seolah berubah. Hanyut tapi bukan karena irama nada yang indah, melainkan mereka semua memahami bahwa sebaik-baiknya pelindung hanyalah Sang Maha Pelindung.

Pun dengan doa Nadi 'Aliyyan Kabir yang sengaja dilafadzkan bersamaan dengan wirid "Hasbunallah", telah sesuai apa yang telah menjadi perintah seorang Guru agar mendatangkan banyak manifestasi-manifestasi keajaiban bagi diri ataupun lingkungan yang telah menjadi ruang kebersamaan ini. Tiada lain tiada bukan, kita selalu bermunajat atau menegaskan terus, "ilallahi haajatii wa 'alaihi mu'awwalii (hanya kepada Allah aku berharap atas hajat-hajatku)."

Malam yang cerah telah menjadi salah satu hikmah ataupun keajaiban yang bisa saja dihadirkan pada malam itu. Terlebih mengingat kapasitas Sanggar Wening yang terbatas apabila harus melindungi semua dulur-dulur yang hadir kalau saja malam itu tiba-tiba hujan menyapa seperti malam-malam Selasan biasanya.

Tidak hanya sebatas siswa, pasti semua yang hadir pun sedang diliputi masalah-masalahnya sendiri. Dengan fase usia atau beban dari masalah itu sendiri yang harus diemban oleh masing-masing dari segala sesuatu yang hidup, utamanya manusia. Namun nyatanya, oleh karena masalah itu pula, manusia mengalami evolusi baik melalui rasa, cipta, maupun karsa. Mengalami pertumbuhan dalam aspek kognitif, afektif, ataupun konatifnya. Dan kalau ditelisik dari sisi kausalitasnya, segala sesuatu masalah atau ujian yang datang tidak akan melebihi kapasitas diri.

"Yaa Ghiyaatsal Mustaghiitsiin (wahai Pertolongan bagi orang-orang yang mencari pertolongan). Yaa Daliilal mutahayyiriin (wahai Petunjuk bagi orang-orang yang kebingungan). Yaa Amaanal Khaa 'ifiin (wahai Pelindung orang-orang yang ketakutan)."

Manifestasi keajaiban dalam bermunajat yang diharapkan tidak berbatas pada apa yang ada di luar diri, pun dengan segala sesuatu yang tersembunyi jauh di dalam diri yang sulit ditemukan oleh upaya diri sendiri. Namun, dengan kebersamaan Selasan ini, semoga dengan segala bentuk ikhtiar ataupun tirakatnya, dulur-dulur mampu menjadikan ruang ini sebagai wujud manifestasi membersihkan segala bentuk penyakit yang tak sadar telah mengotori baik dhohir maupun batin, hingga merasakan keajaibannya.

Setelah pembacaan wirid selesai, semua yang hadir bersama-sama menyaksikan prosesi ritual ngrumat sebuah mobil yang telah selesai diperbaiki bersama setelah sempat rusak karena sebuah insiden sebelum Milad ke-10 bulan kemarin. Serah kunci pun dilakukan kembali pada pemiliknya, segala wujud syukur terpancar memungkasi acara malam itu.

***

Sanggar Wening, 23 Maret 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun