Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keutamaan dalam Belajar Sejarah

12 Januari 2021   21:06 Diperbarui: 12 Januari 2021   21:10 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kita tidak pernah bisa mengukur suatu hasil tanpa nilai. Kita tidak pernah bisa mengukur suatu proses perjalanan tanpa pengalaman yang didapat."
-unknown-

Banyak orang bijak berkata kita akan semakin bisa melihat jauh kebelakang ketika kita mampu lebih jauh menarik waktu ke belakang. Menarik waktu ke belakang disini sering dikaitkan dengan sejarah. Sejarah yang dalam pelajaran akademik tak pernah lepas dari subjek.

Akan tetapi, sebenarnya apakah subjek merupakan pioner utama dalam konteks ilmu sejarah? Bisakah kita menguliknya lebih luas dan lebih dalam?

Kalau dikata sejarah hanya bisa kita pelajari oleh karena ada dokumentasi. Apakah sejarah akan tercipta dan terus terceritakan tanpa ada yang mendokumentasikannya? Sedangkan si pelaku dokumentasi ini selalu saja kalah tenar dibandingkan pelaku sejarah karena cerita heroiknya yang tak bisa lepas dari pelaku utama dalam cerita. Apa menariknya sebuah cerita tanpa ada tokoh-tokoh di dalamnya?

Oleh karena itu, sejarah sering tercipta beberapa versi itu lebih karena unsur kepentingan yang ada di dalamnya. Yang selalu menjadi perdebatan dan polemik di setiap siklus waktu yang terus berulang. Karena tidak terimanya suatu kelompok yang sudah menganut sebuah ideologi terbentur kebenarannya jika ditemukan dengan sesuatu yang berbeda dan berpotensi mengurangi validnya kebenaran ideologi yang telah dianutnya.

Lagi-lagi, jika subjek dan penulis cerita tidak bisa diandalkan, apa lagi yang mesti kita pegang dalam mempelajari sejarah? Apa tujuan si penulis cerita mesti mempertajam analisa 5w1h-nya? Sedangkan subjek tak abadi, tempat akan sangat mungkin berubah seiring berjalannya waktu. Waktu itu sendiri merupakan titik penanda di rentang garis kehidupan. Konteks peristiwa juga hanya akan menjadi judul.

Akan tetapi ada alasan dan bagaimana. Ada "why" dan "how". Namun dalam sejarah kita selalu saja diarahkan untuk lebih mengetahui tentang what, who, where, atau when. Yang nantinya akan mempengaruhi kedaulatan dan kemerdekaan diri kita dalam berpikir.

Baik semua itu penting, setidaknya untuk menjadi sebuah pengenal dan penanda dalam rentang garis kehidupan. Namun, dalam sejarah yang harus kita tuju sebenarnya adalah alasan dan proses terjadinya sebuah peritiwa secara utuh. Tuhan menyisipkan ilmunya di setiap peristiwa yang akhirnya menjadi hikmah bagi kehidupan yang akan datang. Sehingga harapannya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Waktu ditarik ke belakang itu maksudnya menurut saya lebih pada koleksi pengalaman-pengalaman yang dapat diambil intisarinya. Yang dikumpulkan data-datanya sebagai bekal mengarungj masa yang akan datang. Bukan malah terjebak pada romantisme kejadian di masa lalu.

Tuhan menciptakan semuanya sama, berpotensi membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Tidak hanya pada para keturunan-keturunan para pelaku sejarah saja yang boleh menjadi agen perubahan. Dahulu, seseorang mendapat gelar Kyai pun bukan karena kedalaman ilmunya, melainkan karena dia merupakan seorang Tuan tanah yang mengerti sedikit banyak tentang ilmu agama. Namun yang dilihat mayoritas bukanlah ilmu yang tidak nampak, melainkan superioritas atas apa yang dimilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun