Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Viralnya Bu Tejo dari Sudut yang Berbeda

21 Agustus 2020   16:12 Diperbarui: 21 Agustus 2020   16:07 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot film "Tilik", YouTube.

Beberapa waktu ini, kita dihebohkan oleh Ibu Siti Fauziah yang berperan sebagai Bu Tejo. Peran yang sering digambarkan dalam kehidupan sehar-hari para ibu-ibu yang rempong dan suka ghibah terkemas apik dalam film pendek "Tilik" yang distrudarai oleh Agung Prasetyo. Meskipun dengan setting yang bisa dibilang cukup sederhana, namun narasi yang kuat menjadi ciri tersendiri hingga akhirnya mampu menjadi trending topik di dunia perkicauan.

Di samping film yang memang sangat bagus, adakah kita bisa melihat dari sisi lain tentang mengapa hal tersebut pada akhirnya menjadi viral? Apakah memang betul para netizen secara kebetulan membuat hal tersebut menjadi trending disaat yang bersamaan? Ataukah memang benar jika ada kesepakatan khusus di antara kompi-kompi netizen hingga akhirnya menjadikan sebuah tweet menjadi topik. Tentu saja kita kenal buzzer, apakah pekerjaan mereka hanya berlaku dalam situasi politik tertentu?

Apakah, pada akhirnya hasrat kita hanya berakhir seperti domba-domba yang secara stimultan dapat digiring kemanapun penguasa jagad maya menginginkannya? Tentu saja, ini hanya sebuah kacamata pandang yang berbeda dari umumnya netizen, namun mungkin juga bisa sama-sama dipakai oleh mereka yang tidak mudah gumunan oleh arus informasi dan tetap fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan atau banyak menghabiskan waktu dengan sebuah pertemuan daripada menghabiskan waktu di depan layar komputer atau handphone.

Dalam film Tilik, Bu Tejo juga sempat menyampaikan pesan terkait mudahnya mendapatkan informasi di zaman sekarang ketika banyak menggunjing tentang seorang perempuan bernama Dian. Tapi, coba perhatikan bagaimana reaksi Bu Wening? Suatu informasi jika belum bisa dibuktikan kebenarannya bisa mengarah kepada fitnah. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.

Akan tetapi, bukan itu poinnya dari trending topik maker. Secara awam, manusia sudah pasti mengetahui tentang nilai-nlai kebaikan karena pada dasarnya semua manusia akan lebih condong ke arah kebaikan. Manusia juga pasti bisa menganalisa bahwa film itu banyak menguatkan nilai tentang kearifan lokal terutama bahasa daerah. Trending topik mungkin akan punya rumusan, sampai kapan Bu Tejo ini akan diromantisasi oleh netizen? 1 hari? 3 hari? 1 minggu? 1 bulan?

Kita terlalu asik menikmati menjadi domba-domba yang dibombong oleh penggembalanya. Apabila domba-dombanya senang dan tumbuh sesuai keinginan, akhirnya tinggal si penggembala yang memanfaatkan domba-dombanya. Tentu saja orang-orang penggembala ini memiliki tujuan yang sangat jauh bahkan kontras akan domba-dombanya. Mereka sudan berbicara tentang luar angkasa, sedang dombanya hanya selalu berkutat di topik selangkangan sudah sangat bahagia, misalnya.

Otak domba terlanjur polos untuk memikirkan langkah si penggembala. Domba berpikiran tentang penggembalanya yang baik dengan memberi kenyamanan dan makan yang cukup. Penggembala pun demikian ketika berpikran tentang domba-dombanya yang harus dipelihara dengan baik agar memberikan hasil yang lebih maksimal untuk kebermanfaatan yang lebih luas bagi perkembangan lingkungannya.

Ketika semuanya sama-sama baik, saya teringat kata Bu Tejo yang mengatakan bahwa jadi manusia itu kalau bisa menjadi orang yang solutif. Nah, kebiasaan kita lebih cenderung hanyut ke dalam arus informasi atau solutif dan selektif dalam menerima informasi? Atau yang penting tau trending topik agar tidak disangka orang yang ketinggalan informasi.

Jika kita melihat kebiasaan orang-orang hebat, bandingkan waktu yang banyak dihabiskan oleh orang hebat dan orang biasa-biasa saja dalam bermain media sosial. Bandingkan cerita, feeds, kabar atau cerita yang dibagikan oleh orang-orang pencetus dengan orang-orang gumunan. Bandingkan objek yang akan menjadi pembahasan orang-orang cerdas dengan orang-orang yang suka merasa/baperan.

Film pendek Tilik yang sudah ditayangkan sejak tahun 2018 tersebut mendadak menjadi viral sekarang. Kira-kira, ketika Tilik dengan Bu Tejo-nya menjadi bahasan sehari-hari masyarakat, pihak mana sajakah yang mendapat keuntungan dan terselamatkan, selain Bu Fauziah dan Mas Agung? Apakah yang mereka berdua dapatkan dapatkan sebanding dengan keuntungan dan keselamatan yang pihak lain dapatkan?

Kita adalah bangsa-bangsa yang masih terjajah, yang masih sibuk untuk terus mencari kedamaian, bahkan kita berpura-pura memeriahkan ulang tahun kemerdekaan. Kita sendiri sangat sulit untuk mencapai ketenangan hati yang tidak mudah terombang-ambing oleh informasi yang sibuk mempertanyakan kevalidan datanya. Yang valid hanya Ia Yang Haqq. Kita ketika beriman bukan hanya bermakna percaya kepada-Nya, melainkan juga menjadi sandaran hati agar tetap bisa konsisten terhadap ketenangan dalam derasnya ombak kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun