Seorang pejalan akan selalu berjumpa dengan kejutan-kejutan yang diperjumpakan di dalam rentang perjalanan yang berbeda-beda. Namun, kejutan ini tak nampak seperti Sinterklas yang diam-diam memberikan kado di tengah malam. Atau tak seperti mesranya sang kekasih yang memberikan kejutan di tengah malam bekurangnya usia. Waktu kematian semakin pendek, tapi diberikan ucapan selamat. Menyenangkan memang.
Kejutan bagi pejalan sejati berbeda dengan hal-hal seperti itu. Kejutan-kejutan itu lepas dari bahagia atau sedih. Kejutan itu terbebas dari sebuah pilihan antara penerimaan atau penolakan. Kejutan itu tidak berada dalam kawasan "ya" atau "tidak".
Kita hidup menerima banyak ilmu yang berimbas kepada luasnya pengetahuan. Terlebih pendidikan yang semakin maju membuat manusia-manusia intelektualitas semakin menjamur.
Tapi, kenapa kehidupan nampak semakin riuh? Kenapa masalah kesenjangan tak lekas tuntas? Kenapa keadilan semakin jauh dari kata ketercapaian? Kompleksitas masalah semakin banyak disaat seharusnya semua bisa teratasi atau setidaknya terantisipasi oleh ilmu-ilmu yang berhamburan.
Pada akhirnya, kejutan hanya bisa dipahami oleh keyakinan atas dasr keyakinan tentang sesuatu yang telah dipelajari dalam perjalanan sebelumnya. Rumusan atau formulasi hanya ditempakan kepada pengetahuan yang ditemui sepanjang jalan.
Jika buah yang ditemukan rasanya manis, kita akan memetiknya. Namun jika buah itu mengandung biji yang jika dimakan terasa pahit dan tidak enak. Kita hanya belajar bahwa kedepannya, tidak akan lagi makan biji itu lagi.
Begitu juga dengan pengalaman. Ibarat buah-buah yang ditemui sepanjang jalan. Kejutan banyak ditemui tatkala pengalaman-pengalaman itu tak bisa sama sekali diprediksi oleh manusia.
Sebagian manusia tidak diberitahu tentang sesuatu yang ghaib, namun disarankan untuk tetap mengimaninya. Manusia tidak akan pernah tahu bingkisan pengalaman seperti apa yang Tuhan berikan di sepanjang jalan yang dilalui.
Jika kita hanya memahami dunia sebagai hasil dari pembelajaran sebab-akibat, dimana sebab merupakan akibat dari proses sebab sebelumnya. Hingga berlapis-lapis rentang hubungan itu dapat terkuak melalui pengetahuan.
Manusia secara tidak sadar hanya mengejar dan menuntut kebenaran, yang ternyata jauh sekali jika meski ditarik mundur. Namun, jika manusia mampu semakin jauh mundur kebelakang (waktu), maka ia akan mampu sedikit memprediksi masa depan. Disinilah manfaat apabila manusia mencari bingkisan kejutan dalam ruang ilmu yaqin.
Dalam ilmu yaqin, manusia bisa memilah kejutan-kejutan yang sedia untuk diterima. Hanya saja, dalam ruang ini, sebagian mereka memilih kejutan berupa kenikmatan. Naluri manusia memang mencari kenikmatan tersebut, terutama yang mengarah kepada hubb, makanan kesejatian manusia.