Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Mubin"

18 November 2019   16:38 Diperbarui: 18 November 2019   16:37 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest/thrillhouse

Sebagai orang jawa, kebiasaan yang mungkin telah menjadi kebiasaan adalah nrithik. Untuk memaknai kata nrithik itu sendiri saya juga sedikit kesulitan. Mungkin kalau dimaknai dalam bahasa Indonesia, nrithik kurang lebih memiliki arti sebagai suatu tindakan atas dasar rasa ingin tahu yang berlebihan, namun dalam kawasan yang tidak dikuasainya sama sekali.

Begitupun dengan apa yang dimandatkan semalam ketika merapalkan sebuah mantra, Yaasiin. Ada do'a yang mesti diselipkan setiap akhir kata "mubiin". Terdapat kurang lebih ada 7 pemberhentian, hening sejenak sembari bebas mengkomat-kamitkan sesuatu yang menjadi ijabah masing-masing yag terlibat pada malam hari itu. Kemudian melanjutkan perjalanan bersama-sama kembali dengan suara yang lantang.

Dalam 7 pemberhentian tersebut, antara lain :

  • Ayat 12; inn nanu nuyil-maut wa naktubu m qaddam wa rahum, wa kulla syai`in aainhu f immim mubn . Sesungguhnya Kami mnghidupkan orang orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yg nyata (Lauh Mahfuzh).
  • Ayat 17; wa m 'alain illal-balgul-mubn. Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.
  • Ayat 24; inn ial laf allim mubn. Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.
  • Ayat 47; wa i qla lahum anfiq mimm razaqakumullhu qlallana kafar lillana man a nu'imu mal lau yasy`ullhu a'amah in antum ill f allim mubn. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu," orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, "Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata."
  • Ayat 60; a lam a'had ilaikum y ban dama al l ta'budusy-syain, innah lakum 'aduwwum mubn. Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu,
  • Ayat 69; wa m 'allamnhusy-syi'ra wa m yambag lah, in huwa ill ikruw wa qur`num mubn. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas,
  • Ayat 77; a wa lam yaral-insnu ann khalaqnhu min nufatin fa i huwa khamum mubn. Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata!

Setelah menghabiskan beberapa penggak waktu, makna yang dapat disimpulkan tentang mubiin adalah nyata. Namun nyata disini ternyata tidak sama dengan mayoritas makna pada umunya. Nyata disini tidak hanya sebatas persepsi tentang apa yang mampu dipandang mata dan disepakati bersama. Tapi lebih menggunakan alat bantu yang lain untuk dapat mendapatkan gambaran tentang mubiin.

Tentu ada makna khusus yang tersirat atas titah yang telah dimandatkan oleh Sang Guru. Ke-hiperaktif-an saya sepertinya hanya mampu meraba-raba makna yang mungkin bakal berfaedah apabila kita berusaha memahaminya. Baik dari nahwu-shorof, asbabun nuzul, pun korelasi antara ayat sebelum dan/atau sesudahnya.

Simbah selalu menekankan bahwa siapapun boleh untuk mengkaji, atau memahami makna yang tersirat dalam Kitab suci. Kita tidak perlu menjadi seorang mufassir, karena sejatinya manusia selalu berhadapan dengan ayatullah. Permasalahannya ada di diri kita sendiri untuk mencari tahu asal mengetahui limitasi diri. Simbah sering menyebut proses pembelajaran ini sebagai taddabur. Semua boleh mempelajari, asalkan hal itu akan mengakibatkan efek perubahan yang lebih baik, lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan menumbuhkan cinta, baik kepada Tuhan maupun segala ciptaanNya.

Selain itu, saya disini memposisikan diri sebagai rojulun laa yadri wa yadri annahu laa yadri, saya tidak mengetahui (ilmu), dan saya mengetahui apa yang saya tidak ketahui. Karena ketidaktahuan tersebut, tumbuhlah sikap untuk selalu belajar. Sekalipun pada akhirnya hanya dibilang nrithik oleh yang lain. Dan yang paling mubin bagi ketidaktahuan saya, khususnya, adalah diri ini merupakan musuh yang paling nyata. Setidaknya hanya keimanan akan terdengarnya do'a pula yang terngiang setelah kata mubin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun