Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Jawaban "Jangan Lupa Berbahagia"

21 September 2019   15:21 Diperbarui: 21 September 2019   15:23 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay/cdd20

Waktu dan Rindu?

Dikala pikiranmu terasa penuh sesak. Atau hati yang sedang merapuh seperti kaca. Pun jika semua orang disekelilingmu memakai topeng yang menyeramkan. Kenapa mesti takut? Justru itu malah baik buat Intan sendiri karena bisa memaknai hal-hal seperti itu. Kalau aku melihat justru itu menjadi kelebihan kekuatan tersendiri. Terlebih mampu membingkainya dalam kata.

Waktu memang bagai pedang disaat kita tidak mengenalinya. Tapi, apabila kita dapat lebih mencoba mengenali watu, saat itu pula kita berasa hidup dalam keabadian. Nanti kita tak akan terjebak lagi dalam dualisme rasa nyaman atau sakit, senang atau sedih. Bahkan, hidup dan mati seolah menjadi sesuatu yang tak penting lagi. Bukankah kita bisa merasakan bahagia karena pernah tau bagaimana rasanya sakit?

Kalau lebih niteni tentang hidup, tidak bisa kita selamanya senang nyaman. Ada saat kita akan jatuh dan merasakan sakit kembali. Hanya saja kita disuruh agar puasa, supaya ketika senang tidak terlalu terbuai dan ketika sakit tidak begitu merasakan lara.

Tapi kalau masalah rindu, memang itulah bekal kita menjalani hidup yang muter-muter bagai sandiwara ini. Bahkan apa kamu tahu darimana asal 'rasa rindu' itu datang? Layaknya sebuah cerita dari Nabi Musa, beliau berkata, "Bagaimana lagi aku mesti bersyukur kepadaMu, jika rasa syukur itu sendiri berasal dariMu?"

Tentang Aku?

Sekarang kenapa banyak orang memakai topeng, salah satunya adalah karena merasa mampu mengenali diri sendiri dan tidak pede dengan diri yang dikenalinya.

Mereka sangka aku adalah aku. Padahal akunya hanya sebatas prasangkanya. Mereka enggan melawan nafsu yang selalu menghijabinya. Padahal jihad terbesar bukanlah sok membela agama, melainkan melawan nafsu dirinya sendiri, bukan?

Yang pasti apapun itu, mereka memiliki ruh. Pada akhirnya mereka akan bertemu dan berkumpul dengan ruh yang memiliki frekuensi yang sama. Jadi, jika keindahannya membuat semestamu bersinar, maka buatlah semestamu nyaman baginya. Dan jika memang sinarmu ingin menerangi dunianya, maka jadilah cahaya yang memenuhi ruangannya yang tak terbatas fajar maupun senja.

Salam Hangat,

Jangan lupa cara bahagia. :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun