Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semakin Merasa Dijahati, Semakin Besar Potensi untuk Disayang

9 September 2019   15:56 Diperbarui: 9 September 2019   16:06 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu perjalanan pembelajaran kali ini mempertemukan para pejalan maiyah di Dusun Wonogiri, Gentan, Kranggan, Temanggung. Hawa dingin meyelimuti akses jalan menuju acara sinau bareng. Begitu sampai tempat parkir, perjalanan masih belum usai karena masih memerlukan jalan kaki sekitar satu kilometer. Terlihat di sepanjang jalan panitia yang dibantu para banser ikut menjaga keamanan sepanjang perjalanan menuju panggung acara.

Begitu sampai di area panggung, saya kembali teringat acara sibar di Temanggung dua kali sebelumnya yang hampir serupa suasananya karena panggung tidak berada di tanah yang luas, melainkan berada di antara kerumunan rumah penduduk. Dan ada yang unik, posisi jamaah yang berada di panggung persis yang lebih tinggi dari panggung acara sinau bareng. Tentu hal ini bukan menjadi permasalahan walau tanpa kesepakatan, karena yang terutama dalam nuansa sinau bareng adalah kemesraan.

CNKK pun dihadirkan ke Dusun ini dalam rangka Haul Kiai Ahmad Sujak dan peresmian masjid yang terletak di sebelah kiri panggung. Masjid ini terkesan tidak terpengaruh oleh modernitas gaya karena arsitektur masjid ini mengandung corak peradaban Hindu-Budha yang identik dengan masjid-masjid zaman dahulu. Dengan gapura masjid yang mirip dengan gerbang masuk situs-situs peradaban kerajaan masa Hindu-Budha.

Acara sinau bareng seperti ini pun sudah mencapai titik yang ke-4104. Mbah Nun mulai menaiki panggung sekitar pukul 21.00. Dengan tema niat yang apik ini, Mbah Nun memakai istilah jawa "setan ra doyan, jin podo isin, demit ora ndulit, iblis ora nggubris." Hal tersebut diungkapkan sebagaimana gambaran keadaan sekarang dimana segala laku kebaikan selalu dipermainkan oleh kelicikan. Kemudian "Yaa Dzal Wabaal" pun dilantunkan. Bagaimanapun juga, biarlah Sang Maha Pembalas yang memberikan keadilan atas rasa sakit yang dirasakan di  hati para pencinta-Nya.

"Kita semua ini kan tidak bisa dihancurkan. Ada apa-apa tetap sumringah. Indonesia ini tidak bisa busuk-busuk." Ungkap Mbah Nun. Meski bigatu, kita disuruh tidak lantas merasa aman. Karena ada 2 kemungkinan menurut Mbah Nun mengapa Indonesia tidak bisa dihancurkan. Yang pertama, karena kita ini adalah belatung yang memang lahir dan hidup di tempat yang busuk. Atau yang kedua, karena kita ini merupakan makhluk segala zaman yang memang dilindungi oleh Allah. "Semoga kita berada di kemungkinan yang kedua, sebagai makhluk yang dicintai dan dilindungi oleh Allah." Lanjut Mbah Nun.

Kita pun selalu ditekankan terutama sebagai masyarakat Jawa untuk tidak kehilangan identitas sebagai orang Jawa. Kita ini sebenarnya hebat, hanya saja selalu ditutup-tutupi oleh zaman yang mulai berkiblat ke arah Barat. 

Padahal, masyarakat Jawa sendiri menurut Mbah Nun sudah ngunduh ilmu sebelum masuk Islam di tanah Jawa. Masyarakat Jawa sudah mengenal kepercayaan bahwa ada Tuhan meski istilahnya berbeda. Salah satu bukti lainnya adalah kesadaran waktu orang Jawa sangat panjang, hingga mengistilahkan nama keturunan sampai 18 tingkat, sedangkan ilmu barat maksimal paling hanya sampai "Simbah".

Karena ini adalah sinau bareng, maka selanjutnya beberapa wakil jamaah ditunjuk sebagai menjadi wakil untuk menafsirkan sya'ir "Sayang Padaku". Sebuah Sya'ir dari Mbah Nun yang sering dinyanyikan oleh Bu Novia ataupun Kiai Kanjeng.

Duka derita duka laraku di dunia
Tidaklah aku sesali juga tak akan aku tangisi
Sesakit apapun yang kurasakan dalam hidupku
Semoga tak membuatku kehilangan jernih jiwaku

Andaikan dunia mengusir aku dari buminya
Tak akan aku merintih juga 'tak akan aku menangis
Ketidakadilan yg ditimpakan oleh manusia
Bukanlah alasan bagiku untuk membalasnya

Asalkan kerana itu Tuhan menjadi sayang padaku
Segala kehendak-NYA menjadi syurga bagi cintaku
Bukanlah apa kata manusia yang ku ikuti
Tetapi pandangan Allah...Tuhanku yg kutakuti...
Ada tiadaku semata-mata milik-NYA jua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun