Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi yang Di-nansakh-kan Demi Anak Cucumu Kelak?

23 Juli 2019   16:20 Diperbarui: 23 Juli 2019   16:53 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
anak-anak sebagai generasi selanjutnya | theadventurousbug.org

Bagaimana dapat aku berpegang teguh kepada ayat-ayat yang langsung diutarakan oleh para guruku? Daya ingatku tak mampu untuk menampung segala ayat yang telah disampaikan. Segala syariat sungguh melebihi kapasitasku,terlebih dunia ini lebih menyibukkanku daripada sedikit saja menghafal satu-per satu ayat-ayat Agung tersebut. Ustadz-ustadz zaman sekarang pun jarang yang menambah kerinduan hamba kepadaMu, kecuali hanya mengajarkan kenikmatan atas janji-janjiMu.

Apa artinya segala nikmat itu tanpa kerinduan? Hanya demi kenyamanan diri hamba-hamba yang sangat jarang sekali tau diri. Meskipun begitu, biarlah kehendak Tuhan berjalan sesuai iradahNya. Dan biarkan kebenaran-kebenaran versi manusia saling jegal menapaki puncak kekuasaan. Dan saling membuka lowongan keanggotaan demi bertambahnya jumlah massa. Bukankah zaman ini juga jumlah massa menentukan presentase kebenaran?

Andaikata "Anna Al-Haq" dilantangkan oleh salah satu ustadz, itu merupakan sebuah cinta. Akan tetapi berbeda cerita ketika Fir'aun yang melantangkan "Anna Al-Haq" atau Akulah tuhanmu, maka perkataan Fir'aun adalah sebuah penistaan agama. Dan pada zaman sekarang, jangankan Fir'aun, beda tujuan politik pun apabila tidak tepat mengutip ayat-ayat (tafsir versi golongannya) akan dinasbihkan sebagai orang yang menistakan. Padahal, bukankah keduanya sama-sama merupakan sepenggal ayat Al-Qur'an?

Terkadang, lebih baik orang yang mabuk karena minuman keras daripada mabuk akan kebenaran. Lebih baik orang yang memberikan tawa bahagia kepada orang lain meskipun dirinya sendiri mesti butuh dopping tertentu, daripada orang yang memberikan ancaman kecemasan atas ilmu kebenaran yang dianggapnya paling benar, hingga menimbulkan kebencian antara golongannya dengan dunia luar. Mana yang lebih banyak mengandung resiko kehancuran dan perpecahan?

Di satu sisi, pemerintah hanya mengurusi pembangunan infrastruktur dengan mengabaikan perbaikan moral. Menggenjot roda pembangunan demi geliat ekonomi menuju pasar dunia. Atas nama kesejahteraan rakyat, persaingan ekonomi, atau pendidikan yang pada akhirnya hanya untuk menghina mereka yang 'melarat'. Negara dengan moral seperti ini jangan dibiarkan maju jika tidak mau ahmaq. Sebelum berani mengembalikan jati dirinya yang sudah mulai terkikis oleh budaya-budaya luar.

Sebagai generasi yang sadar akan arah yang semakin tidak jelas tentu menginginkan suatu perubahan yang lebih baik. Meski awalnya, 'baik' disini pun menurut persepsi yang sependapat saja dan sudah pasti bukan baiknya banyak orang. Inilah tantangan generasi ini. Mereka akan hilang, tidak terlihat. Mereka berani laku prihatin, menghilangkan eksistensinya dan meminta pertolongan hanya kepada yang sanggup memberikan perubahan atas kondisi yang sudah teramat kritis (bagi yang sependapat).

Generasi ini tidak akan bilang "Anna Al-Haq" dengan lantang di situasi rakyat yang sedang candu kebenaran. Justru tak mengharap pandangan mata sama sekali atas apa yang mereka anggap kebenaran. Generasi hanya bergerak dalam lorong-lorong kerendahan. Dalam kesunyian laku, disaat semua senang dengan keramaian massa. Diam-diam membangun pondasi disaat semua berlomba membangun gedung-gedung yang tinggi. Mereka selalu sibuk dalam gelap, disaat kebanyakan manusia terlelap.

Berbicara tentang generasi, semoga kita sudah hafal dengan kaum yang dijanjikan datang pada salah satu ayat Allah. Kalaupun generasi ini ibarat sepenggal ayat tadi, lalu yang di-nansakh-kan, hingga generasi ini akan hilang dari eksistensi manusia. Akan tetapi, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik atau paling tidak yang sebanding dengannya. Dengan kata lain, nansakh ayat itu bukan lantas hilang dari ingatan, generasi pun tak lantas lenyap dari keadaan. Syariat akan tetap melekat asalkan kita snantiasa membasahi lisan kita dengan terus mengingatNya.

"Ayat mana saja yang Kami nansakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?" (2:106)

Tapi apakah kedatangan ini muncul dari kondisi yang baik-baik saja? Tentu tidak, kita hanya mengetahui musim semi setelah kita mengenal musim gugur. Kita akan mengenal kehidupan setelah kita seringkali melihat kematian. Di hari anak ini, semoga kelahiran anak-anak kelak akan menjadi generasi yang dijanjikan untuk tumbuh subur dengan keindahannya. Maukah engkau dijadikan nansakh bagi anak-cucumu kelak? Jika kita cinta kepada anak-cucu kita, kehilangan eksistensi bukan suatu masalah yang besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun