Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ajibah Madrasah Diniyah: Andai Nama Indonesia Tidak Ada, Model Pendidikan Ini Akan Tetap Ada

20 Mei 2019   16:04 Diperbarui: 20 Mei 2019   16:21 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barisan para penjajak makanan beserta bazar stand-stand dari PKK daerah setempat menyambut jamaah yang hadir untuk mengikuti acara sinau bareng edisi ke-4068 di Dusun Bandung, Mertoyudan, Magelang. Indonesia Raya beserta Yaalal Wathon dari perkumpulan ibu-ibu Muslimat ikut memeriahkan pembukaan acara sibar dilanjutkan dengan qiraah dari adek-adek dan Khotmil Qur'annya.

Setelah pembacaan tahlil dan kalimatul thayibah oleh sesepuh setempat, pukul 21.44 Mbah Nun mulai menaiki panggung. Ya, lebih larut dari biasanya dalam acara sinau bareng. Disamping rangkaian acara dari panitia sendiri yang mungkin tampak cukup padat.

La yastawi ashabun nari wa ashabul jannah. Ashabul jannati humul faizun, penggalan surat Al-Hasyr 20 ini menjadi gelaran ilmu yang akan diudar oleh Mbah Nun mulai dalam perjalanan ngelmu malam ini. "Ora podo wong neroko ro wong suargo. Sing bathi ya mesti wong suargo. Ayo dewe goleki bareng-bareng bengi iki." lanjut Simbah. Sepertinya mudah, namun apa yang kita anggap mudah belum tentu kita dapat istiqamah melakukannya.

"Njenengan niki ting ndonya ngumbara nopo manggon?" Sontak para jamaah menjawab "Ngumbara! " Nah, suatu saat kita pasti akan mudik ke jannah. Bukankah kita hidup di dunia ini untuk mengembara, bukan hanya sekedar manggon/menetap?

dokpri
dokpri
Tema malam hari ini adalah Tasyakuran Khataman Madrasah Diniyah Hidayatussibyan. Beberapa dari adek-adek Madrasah yang tampil tadi sebagian mendapatkan legitimasi berupa lembaran ijazah yang menandakan bahwa ia telah khatam dalam menempunh satu jenjang di pendidikan Madrasah tersebut.

Mungkin banyak yang masih belum mengenal apa itu Madrasah Diniyah. Mbah Nun sendiri menceritakan sedikit sejarahnya sebelum narasumber yang lain menambahkan. Menurut Mbah Nun, jauh sebelum kemerdekaan madrasah diniyah ini sudah ada. Model pendidikan yang diterapkan di Madrasah Diniyah sendiri mempunyai khasnya tersendiri. Jadi, Simbah mengutarakan pada jamaah bahwa meskipun tidak ada nama Indonesia pun tetap ada madrasah ini, kan?

Pekerjaan madrasah ini adalah pekerjaan yang terus berlanjut. Simbah berharap agar Model seperti Madrsah Diniyah ini selalu mantap dalam menjalani mode pendidikan ini. Tema ini adalah inti dari segala acara sinau bareng karena ini adalah pendidikan yang akan selalu ada terus menerus tak terpengaruh situasi apapun.

Jika nanti semua ini mengarah kepada keuntungan, kita mesti mengingat jika untung itu sendiri belum tentu bermakna sebagai rizqi, karena rizqi itu urusan Allah kepada kita. Asalkan kamu punya daya juang dalam melakukan pekerjaan dan tidak usah minder. Nanti resikonya allah pasti memberikan rizqi. Nah masalahnya sekarang sudah banyak yang kehilangan kepercayaan atas rizqi dari Allah.

Pesantren ini (madrasah diniyah) adalah model pendidikan yang tradisional menurut Simbah dan sangat penting. Selanjutnya Mas Helmi diberi kesempatan untuk menambahkan karena telah meneliti secara khusus tentang Madrasah Diniyah ini. Menurut Mas Helmi, Madrasah Diniyah sekarang kurang dikenal daripada pondok pesantren. Boleh dikatakan madrasah ini tidak ada target formalnya. Gelar ataupun wisuda baru ada setelah pengaruh pendidikan modern. Model madrasah diniyah ini adalah pendidikan yang paling awal, sebelum masuk pengaruh model pendidikan barat yang dibawa oleh Belanda. Mungkin madrasah diniyah akan menjadi model utama pembelajaran di Indonesia kalau masyarak dan sistemnya tak terpengarub oleh apa yang dibawa dari barat.

dokpri
dokpri
Di sisi lain, pesantren itu dulu kebutuhan masyarakat memurut Pak Muzzamil. Dimana pada zaman dahulu banyak model-model pendidikan semacam ini yang dilakukan oleh para priyayi baik di padepokan, mushola atau masjid sebagai tempat pembelajaran mereka. Semua bisa membentuk tempat ini tanpa perlu legitimasi formal disaat pendidikan sudah menjadi suatu kebutuhan pada saat itu.

Mengapa pendidikan itu sangat penting? Disini Mbah Nun menjelaskan dengan mengambil surat Al-Qashah ayat 77, yang tadi malam di tadabburi oleh Simbah dengan makna dalam rangka engkau berjalan mencari jalan rumah (akhirat) kamu jangan sampai lupa pada nasibmu di dunia. Jadi kita mesti bisa memprioritaskan dari pilihan-pilihan yang mesti kita hadapi. Mana yang urusan akhirat dan mana yang urusan duniawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun