Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Essai | Kerinduan Sang Kekasih

19 November 2018   15:42 Diperbarui: 19 November 2018   15:50 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Esok hari merupakan peringatan kelahiran Nabi Agung Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam. Gejolak pertikaian dalam satu agama terjadi semakin intens, antara pihak yang akan memperingatinya dan pihak yang tidak setuju adanya Maulid karena itu termasuk perkara baru dalam agama yang biasa disebut bid'ah.

 Pertama-tama saya akan memposisikan diri saya andai saja saya menganut agama selain Islam. Hal pertama yang terbesit dalam pikiran saya jika maulid merupakan kelahiran Nabi mereka tentu bukan jadi masalah kalau hari itu diperingati sebagai bukti cinta kita kepada Nabi dan sebagai moment untuk terus mengingat suatu peristiwa kelahiran Nabi yang sangat mereka cintai. Itu merupakan pendapat andai saja saya berada di koridor selain Islam. Di samping tanggal merah yang diakomodasi oleh negara yang membuat saya tak kalah bahagia.

Dan jikalau itu masalah memperingati kenapa ada yang tidak setuju, terlebih itu terjadi dalam sesama muslim. Ya, sungguh ironis. Sebagai satu saudara seagama seharusnya mereka saling memahami, bukannya saling menyalahkan. Lebih parah dari itu, bahkan mereka menganggap pertikaian itu karena salah satu merasa paling benar. Jika nabi hakikatnya adalah manusia biasa juga, siapa yang tidak senang jika hari lahirnya diperingati terus secara periodik dan skala orang yang memperingati itu menggambarkan betapa besarnya cinta dan pengaruh nabi tersebut kepada para pengikutnya.

Kalau saya bukan penganut agama islam yang cinta kepada negara ini, hanya kekhawatiran yang akan menguak melihat pertikaian yang seakan tiada hentinya. Mayoritas penduduk negara ini beragama islam. Jika tidak ada kerjasama yang saling bersinergi antara pihak aparat negara dan masyarakat tentu hal ini sangat merusak masa depan bangsa ini. Terlebih saya tidak mau anak cucu saya mengalami masalah detoleransi yang sangat terlihat bodoh ini.

Saya ini beragama islam, tapi saya ini bukan muslim yang baik, bahkan belum tentu juga saya seorang muslim. Dan saya tidak memiliki bekal sanad ilmu yang shahih untuk menggambarkan suatu keadaan. Tapi saya memiliki rasa, dan rasa itu yang membuat akal saya tak habis pikir, kenapa maulid pun dipermasalahkan oleh orang-orang yang menganggapnya bid'ah.

Maulid menurut saya merupakan budaya yang sah-sah saja karena saya hanya berpedoman kepada rasa. Kalau saya cinta kepada istri, anak, orangtua dengan berbekal rasa saya kepada mereka tentu saya akan melakukan sesuatu untuk memberikan atau merayakan hari kelahiran mereka sebagai salah satu ungkapan rasa kasih dan sayangku terhadap mereka. Dan ini nabi, utusan Allah, si pembawa kabar gembira, yang tanpa pernah dipertemukan pun dan hanya berbekal rasa, sungguh hati ini sangat cinta kepada beliau.

Saya bukan seorang textbook-thinker. Saya sudah biasa break the rules, saya selalu memaksa pemikiran saya out of the box. Saya hanya pecandu kasih sayang disaat menikmati kehilangan. Dan saya tidak mau kehilangan bangsa ini disaat masyarakatnya candu akan kasih sayang kebenaran yang ditemukannya.

Orang sekarang banyak yang mengaku cinta dan ikut kepada nabinya, tapi akhlak dan moralnya sungguh diluar nalar, mending kalau bisa di nalar, sedikit perasaan kasih sayang aja tidak ada. Saya mencoba mengenal nabi bukan hanya sebatas membaca literasi-literasi mengenai Rasulullah, akan tetapi saya selalu mengaplikasikannya ke dalam perasaan. Mencoba menggambarkan diri berada di samping nabi dalam keadaan yang secara alami pikiran saya menggambarkan keadaan dimana saya mencoba men-translate setiap akhlak dan kasih sayang Rasulullah. Dan itu sungguh luar biasa.

Karena setiap perawi tentu saja sangat mungkin berbeda keadaanya. Jadi jangan sekali-kali anda mengaku mengikuti Rasulullah kalau akhlak kalian tidak bisa menunjukkan rasa kasih sayang dan toleransi sesama manusia, sesama penganut Islam terutama. Saya bukan ulama, ustadz, atau seorang ahli teologi. Akan tetapi, pertikaian yang pada intinya hanya berakar pada ego mengenai benar dan salah seharusnya tidak perlu dipublikasikan. Lakum dinnukum waliyadin.

Salah satu refleksi jika kita mengikuti Rasulullah adalah bukan dari cara berpakaian, tetapi bagaimana kita bisa mencintai semua ciptaan Tuhan, tak peduli ia batu, tumbuhan, hewan apalagi manusia, tak peduli ia seorang muslim atau bukan. Dulu. Rasulullah mempunyai daya tarik sendiri karena akhlaknya, sehingga banyak yang tertarik mengikutinya. Sekarang orang yang mengaku mengikuti Rasulullah membuat orang lari menjauh dari lingkar kebenarannya.

Saya hanya gagal paham kepada mereka yang mengaku paling sunnah tapi membid'ahkan Maulid yang diperangati penuh lantunan shalawat sedemikian rupa yang juga dilakukan secara berjamaah. Perasaan saya tidak bisa memahami perasaan mereka yang membid'ahkan Maulid disaat banyak para pelaku maulid meneteskan air matanya dalam mengucap shalawat, berharap akan syafaat kanjeng nabi Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam. Saya hanya sedih tidak bisa memahami mereka yang paling sunnah tapi banyak memantik api pertengkaran disana-sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun