Pada saat libur sekolah bulan Juli 2022 yang lalu, kami sekeluarga melakukan napak tilas ke kampung halaman orang tua suami yaitu ke Cimahi Bandung dan ke Sumedang.
Draf tulisannya sudah saya buat sepulang dari sana, tetapi belum selesai. Karena banyak kesibukan sehingga terlupakan, dan saya lanjutkan lagi sekarang ini.
Kota Cimahi merupakan kampung halaman dari ayah mertua, sedangkan Sumedang merupakan kampung halaman ibu mertua. Ayah mertua dulunya adalah seorang tentara, dan sekeluarga pindah ke Cianjur karena terbawa tugas.Â
Walaupun keduanya sudah tiada, beberapa tahun sekali kami biasa melakukan kunjungan ke saudara-saudara yang masih di sana. Tujuannya yaitu untuk tetap menjalin silaturahmi dan mengenalkan anak supaya bisa kenal dengan sanak saudara.
Perjalanan yang kami lakukan pertama ke kota Cimahi, dan selanjutnya menuju ke Kabupaten Sumedang yaitu ke daerah Tanjung Sari, Cipancar dan Regol. Kami tiba di daerah Regol sore hari, setelah keliling ke tiga tempat sebelumnya. Regol letaknya di dalam kota Sumedang dekat dengan alun-alun.
Berziarah ke Makam Cut Nyak Dien
Pagi hari kami diantar oleh keponakan berziarah ke makam keluarga, yang lokasinya tak jauh dari komplek makam Pangeran Soeriakoesoema Adinata (Pangeran Soegih).
Di komplek makam ini terdapat makam pahlawan Cut Nyak Dien sehingga pulang dari makam keluarga, kami mampir untuk ziarah ke tempat ini. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi ketika kami sampai di lokasi pemakaman, dan suasana masih sepi. Baru ada seorang ibu yang sedang menyapu di jalan yang kami lewati.
Letak makam Cut Nyak Dien ada di dalam dan di gerbang tersendiri. Saat kami ke sana gerbangnya masih tertutup. Tak lama seorang kakek membuka gerbangnya dan mengizinkan kami untuk masuk.
Kami berjalan menuju area makam, dengan terlebih dahulu menulis di buku kunjungan yang tersedia sebelum. Kuncennya belum datang, jadi kami langsung berdoa untuk pahlawan wanita Aceh tersebut. Di atas makam terdapat batu nisan berisi tulisan tentang sejarah singkat beliau. Ada perasaan haru yang kami rasakan pada saat berada di sana.
Di bagian luar makam, saya membaca sebuah prasasti yang berisi keterangan tentang peresmian makam yang telah dipugar tersebut yaitu tanggal 7 September 1987 yang ditanda tangani oleh Gubernur Aceh saat itu yaitu Prof. Dr. Ibrahim Hasan, MBA.