Dia yang terbuang_
Ahad, Juni 0
Baru saja dikagetkan oleh kabar duka yang datang dari orang-orang di rumah sakit subuh tadi.Tau toa ta' Daeng Situju ... yang dirawat pada salah satu rumah sakit di kota Makasaar meninggal sebelum sholat subuh.
Saya bersaksi bahwa beliau adalah orang baik, semoga Allah memberinya tempat yang lebih baik dari tempatnya di dunia. Keluarga yang ditinggalkan dilimpahkan kesabaran dan Ketabahan.
===
Di belahan dunia yang lain, seorang anak remaja sedang kalut, tak tahu harus minta tolong kemana? tak ada keluarga di sekitar saat ia sedang butuh pertolongan. Ayah tirinya jauh di luar kota sedangkan keluarga Ammaknya, ahh entahlah?
Ini adalah hari yang mendebarkan baginya, sekaligus menjadi momok menakutkan. Ia kedatangan tambahan keluarga baru tapi di sisi lain harus kehilangan ibunya. Ia meratap seorang diri  menangisi kepergian ibunya.
Dalam isak tangisnya, ia menelpon dan memberitahukan kabar duka ini, meminta kepada kami untuk menjemput jenazah ibunya di Bulukumba.
"Tanta ... bisaki kesini jemputka?"
"Tunggu nak, kami akan segera mengupayakan kepulangan ibumu." Kataku mencoba menenangkan.
Tapi memulangkan jenazah ibunya ke kampung halaman tak semudah membalikkan telapak tangan, bukan perihal administrasi rumah sakit tapi persoalan adat dan  "siri' kata orang-orang.
Saya berupaya menghubungi beberapa keluarga yang harus dimintai pendapat, dimulai dari saudara lelaki ibu. Saya menghubunginya via telepon, menyampaikan kabar duka lalu meminta persetujuannya. Setelah beliau menanyakan beberapa hal, dengan tegas menyatakan "Tidak bisa!, mayatnya tidak boleh dibawa ke kampung!"