Mohon tunggu...
Tathy kimbum
Tathy kimbum Mohon Tunggu... Petani - Newbie

Tak ada suka yang kekal tak ada pula duka yang abadi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dia yang Terbuang

18 Juni 2021   21:16 Diperbarui: 18 Juni 2021   22:00 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dia yang terbuang_

Ahad, Juni 0
Baru saja dikagetkan oleh kabar duka yang datang dari orang-orang di rumah sakit subuh tadi.Tau toa ta' Daeng Situju ... yang dirawat pada salah satu rumah sakit di kota Makasaar meninggal sebelum sholat subuh.

Saya bersaksi bahwa beliau adalah orang baik, semoga Allah memberinya tempat yang lebih baik dari tempatnya di dunia. Keluarga yang ditinggalkan dilimpahkan kesabaran dan Ketabahan.

===

Di belahan dunia yang lain, seorang anak remaja sedang kalut, tak tahu harus minta tolong kemana? tak ada keluarga di sekitar saat ia sedang butuh pertolongan. Ayah tirinya jauh di luar kota sedangkan keluarga Ammaknya, ahh entahlah?

Ini adalah hari yang mendebarkan baginya, sekaligus menjadi momok menakutkan. Ia kedatangan tambahan keluarga baru tapi di sisi lain harus kehilangan ibunya. Ia meratap seorang diri  menangisi kepergian ibunya.

Dalam isak tangisnya, ia menelpon dan memberitahukan kabar duka ini, meminta kepada kami untuk menjemput jenazah ibunya di Bulukumba.

"Tanta ... bisaki kesini jemputka?"

"Tunggu nak, kami akan segera mengupayakan kepulangan ibumu." Kataku mencoba menenangkan.

Tapi memulangkan jenazah ibunya ke kampung halaman tak semudah membalikkan telapak tangan, bukan perihal administrasi rumah sakit tapi persoalan adat dan  "siri' kata orang-orang.

Saya berupaya menghubungi beberapa keluarga yang harus dimintai pendapat, dimulai dari saudara lelaki ibu. Saya menghubunginya via telepon, menyampaikan kabar duka lalu meminta persetujuannya. Setelah beliau menanyakan beberapa hal, dengan tegas menyatakan "Tidak bisa!, mayatnya tidak boleh dibawa ke kampung!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun