Mohon tunggu...
Sarung ireng
Sarung ireng Mohon Tunggu... Penulis - Riil

🏰Pp. Al-amien Ngasinan Kediri IAIN KEDIRI, jurusan Hukum Keluarga Islam "Jika kau mengatakan wanita itu lemah maka aku mengatakan wanita adalah Raja bukan Ratu"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Diciptakan dari Kedamaian, Mengapa Harus Bermusuhan?

5 Februari 2020   10:51 Diperbarui: 5 Februari 2020   11:24 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneh ya, beberapa hari terakhir ini aku sering mendengar berita di Tv, media sosial dengan pembicaraan yang sebenarnya agak risih juga yaitu perang. Buka browser berita utama Natuna. Buka youtube berita populer Natuna lagi sampai bosen lihat handphone  Sebenarnya enaknya perang apa sih? 

Enaknya mencari gara-gara apa? Kemarin juga lihat berita ada tawuran, diselidiki penyebabnya karena dendam teman. Astaghfirullah, heran sangat aku melihat. Gak ikut disakiti tapi ikut dendam, ada yang bilang karena sesama teman harus membantu, harus kompak satu sama lain. 

Hmm, tapi ya nggak gitu juga caranya saling membantu dan kompak kan bisa caranya dengan saling mengingatkan, membantu menyadarkan bahwa bermusuhan itu tidak baik.  

Saya rasa mereka pasti pernah mendengar kata " Bagaimana mungkin api bisa dipadamkan dengan api?" Pastinya kata-kata itu sudah tidak asing lagi keluar masuk telinga juga paham arti maksudnya, tapi anehnya mengapa masih saja mengabaikan.

Perkara dendam tidak mungkin ada yang kuat menyimpan jika bukan orang sabar yang terlatih, pasti kebanyakan akan bilang ke teman atau saudaranya untuk diceritakan. 

Anehnya lagi mereka yang diceritakan bisa ikut-ikutan dendam, kan nggak penting banget ya? Padahal setiap permasalahan pasti ada solusi atau jawaban. Nah, solusi dari dendam adalah teman, entah berteman atau menemankan, menemani atau juga di temani.  Jelasnya yang bijak aja diposisi sebagai teman, bukan mengadu-adu terus ikutan kebawa suasana. 

Teman yang bijak adalah mereka yang mampu membawa temanya menjadi baik, ya sama seperti permasalahan perang. Tapi kebanyakan dari  permasalahan tersebut seolah-olah teman malah mendukung permasalahan tersebut untuk semakin besar dengan tujuan agar mendapat teman yang banyak juga kekuasaan dan diakui kekuatanya.

Kita telaah sedikit kedalam. Masih ingat ketika kecil kita tidak tahu apa-apa, tidak mengerti bagaimana kita terlahir, suatu saat akan menjadi apa? Ah jauh sekali sudah sampai situ, makan aja belum bisa sendiri, hihi. Berbicara tentang bermusuhan, bukankah kita terlahir dari kedamaian? Ya, kedamaian antara seorang wanita dan pria yang menjadi suami istri dengan kesepakatan bersama ingin mempunyai anak. 

Terlahir sehelai benang yang besarnya ingin menjadi kain berbentuk baju. Lantas mengapa masih bermusuhan sesama makhluk sesama manusia, tidakkah malu terhadap asalmu dulu dilahirkan dengan damai diharapkan menciptakan kedamaian. 

Padahal paling enaknya enak adalah hidup sejahtera nan damai tanpa gangguan, saya rasa hidup tanpa rasa damai sama saja sudah melenceng terhadap harapan sekaligus amanat Ibu bapak kita setelah melahirkan, malah sebelum melahirkan sudah ada harapan kelak anak ini akan menjadi anak yang baik dan bijaksana. Makanya kita diberikan nama yang baik sebagai do'a dan paweling atau pengingat terhadap harapan orang tua terhadap kita.

Sekali lagi, mereka yang bermusuhan adalah kelucuan yang tidak terstruktur. Memilih berjalan diatas batu makadam dari pada aspal korea mulus. Mari ngopi biar hati kita tidak berkarat, terhindar dari dendam titanus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun