Mohon tunggu...
Tashya Anandita
Tashya Anandita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Currently studying Material Physics.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sampah Sekali Pakai, Polusi Pandemi Covid-19

24 Juli 2021   23:00 Diperbarui: 24 Juli 2021   23:15 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis Pengelolaan Limbah Masker Sekali Pakai dari Sampah Rumah Tangga - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Terhitung sejak Februari 2020, wabah penyakit yang disebabkan oleh Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau yang akrab disebut Coronavirus Disease (COVID-19) telah memasuki negara Indonesia. Penularan virus terus bertambah hingga pandemi COVID-19 yang tidak kunjung usai menuai berbagai pandangan negatif bagi beberapa sektor seperti sektor perekonomian, kesehatan, pendidikan, industri dan lingkungan.

Segala upaya untuk membatasi aktivitas masyarakat umum, pemerintah menggalakan pembatasan dengan berbagai istilah, mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai saat ini Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat (PPKM Darurat) belum menghasilkan hasil yang melegakan. Kondisi serba terbatas mengharuskan seluruh masyarakat melaksanakan aktivitasnya di rumah atau Work From Home (WFH) dimana kondisi ini menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat dalam konsumsi sampah semakin meningkat.

Layanan pesan antar makanan online dan limbah medis menghasilkan sampah plastik terbanyak selama pandemi berlangsung. Menurut Siaran Press LIPI pada Desember 2020, M Reza Cordova menyebutkan plastik mendominasi sampah di muara sungai sebanyak 46-57 persen dari total sampah yang ditemukan. Adanya sampah medis dari rumah tangga seperti APD, masker medis, sarung tangan hazmat, face shield, dan jas hujan menyumbang 15-16% dari sampah ke muara sungai. Hal ini sangat disayangkan karena pengelolaan sampah yang masih bercampur dapat menjadikan sampah medis tersebut menjadi "sarang" penempelan mikroorganisme patogen dan bahan berbahaya bagi ekosistem.

Pengelolaan sampah (limbah) pada tahun 2020 yang melambat, produksi, konsumsi, dan limbah produk plastik terus bertumbuh. Salah satu skenario solusi memperlambat laju sampah menurut World Economic Forum yaitu dengan penggunaan kembali berskala besar (large-scale reuse programs) yang membutuhkan komitmen dari berbagai pelaku pasar. Sedangkan sektor publik dapat menekan perusahaan untuk mengembangkan infrastruktur, menetapkan SOP, dan membentuk kemitraan. Skenario ini setidaknya 10% dari semua kemasan dialihkan menjadi kemasan sekali pakai dan dapat digunakan kembali - atau setara dengan 7 juta ton plastik.

Namun, bagaimana dengan sampah sekali pakai dari kategori medis yang tidak dapat digunakan kembali?

Indonesia masih belum memiliki sistem maupun teknologi yang ideal dalam pengelolaan sampah. Sehingga cara penanganan sampah di masa pandemi masih konvensional dan tercampur. Padahal limbah medis termasuk sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Tentunya kondisi ini sangat merugikan petugas kebersihan yang rentan terkena virus.

Berdasarkan pedoman dari Kementerian Kesehatan, langkah – langkah pengelolaan masker bekas dari masyarakat adalah :

  1. Mengumpulkan masker bekas sekali pakai
  2. Melakukan desinfeksi terhadap masker  bekas tersebut. Desinfeksi masker bisa dilakukan dengan merendam masker dalam larutan desinfektan, klorin atau pemutih.
  3. Merubah bentuk masker. Setelah dilakukan desinfeksi, masker harus digunting atau dirusak agar tidak dimanfaatkan kembali.
  4. Buang ke tempat sampah domestik setelah dibungkus plastik yang rapat. Sesuai dengan edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, apabila Pemerintah telah menyediakan tempat sampah/drop box khusus masker di ruang publik, masyarakat bisa membuang masker sekali pakai tersebut di tempat sampah khusus masker yang telah disediakan.
  5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah melakukan pengelolaan masker.

Tashya Anandita

KKN TEMATIK UPI 2021

Sumber :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun