Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penjajah Lebih Senang Kalau Model Pemimpin Negara dan Daerah yang Dijajah Sebatas Penjaga Kebersihan

21 Januari 2021   15:39 Diperbarui: 21 Januari 2021   15:46 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pexels

Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Menjajah negara lain, menjajah daerah lain itu lebih mudah bila pemimpinnya lemah dan tidak mau tahu tentang politik tetapi sebatas bisa mempengaruhi rakyat di bawah. Maka menjajah dalam skenario planning politik di jaman modern dapat dimulai dengan menkondisikan suatu negara atau suatu daerah dengan melemahkan sistem kepemimpinan dalam hidup rakyat.

Bahkan kebijakan politik sebatas menaruh atau mendukung pemimpin yang dipilih rakyat secara alamiah dengan mentalitas dan kapasitasnya sebagaimana ciri rakyat biasa, tetapi juga ada skenario lain dalam pembodohan rakyat, misalnya dengan membangun image formasi kepemimpinan yang salah kaprah, sehingga rakyat akan salah dalam memilih pemimpin yang sesungguhnya dan rakyat tersebut melakukannya sendiri karena kecenderungan pikirannya yang alami. Melihat tentang kepemimpinan masyarakat merasa tidak perlu belajar, maka politisi hanya mencari cara membangun figur pemimpin yang sebagaimana pemikiran dalam otak masyarakat di akar rumput untuk memperdayai pemilih dikalangan masyarakat bawah atau membodohi atau mensiasati pemilih yang sebahagian besar cuek dan merasa paham memilih pemimpin.

Dengan nemahami konsep pemimpin sebagaimana pemikiran kebanyakan orang dibawah maka pemimpin akan dilahirkan dalam pemikiran yang dangkal. Karena kepemimpinan akan lahir atau dipilih sebagaimana pemikiran masyarakat dibawah yang berjumlah besar. Sebagaimana kita ketahui mereka tidak perlu belajar tentang kepemimpinan negara dan rakyat, karena mereka merasa paham bagaimana memimpin secara umum atau alami. Padahal tingkatan kualitas kepemimpinan yang dipahami justru menjadi bumerang bagi rakyat sendiri.

Misalnya masyarakat dibawah hanya melihat pemimpin yang harus bersama rakyat, atau seakan memberi perhatian (care) kepada rakyat dibawah, calon pemimpin akan turun ke sawah sebagaimana petani menginjakkan kakinya disawah. Hal ini akan mengharukan, seakan si calon pemimpin akan menjadi dewanya masyarakat di golongan bawah, kemudian menimbulkan simpati pada tingkat masyarakat akar rumput.

Dalam proses pemilihan rakyat maka merekalah yang akan dipilih karena melakukan kerja-kerja politik sebagaimana masyarakat awam berpikir. Tentu dalam demokrasi yang diabiarkan tanpa sentuhan kecerdasan maka hukumnya sudah pasti pemimpin yang lahir itu adalah orang yang karakternya mewakili sebahagian besar pemilihnya tersebut. Jika secara umum masyarakat pemilihnya lugu dalam politik maka pemimpin yang lahir juga pemimpin lugu, demikian juga jika yang memilih adalah pemilih bodoh maka yang lahir adalah pemimpin yang cenderung bodoh, maka untuk merubahnya perlu dilakukan pendidikan politik rakyat agar mereka dominan memahami politik.

Dengan ilustrasi tersebut, maka negara penjajah hanya perlu memelihara kebodohan masyarakat sehingga ajaran politik rakyat berjalan normal, sehingga pemimpin yang dipilih juga dalam kecenderungan sosial yang mewakili masyarakat secara umum.

Untuk apa? agar pemimpin yang terpilih tetap saja tidak mampu membangkitkan rakyat dalam gerakan membangun dan merubah nasibnya. 

Dalam hal pemerdekaan suatu bangsa-bangsa di dunia, sudah pasti ada beberapa orang pahlawan yang bekerja keras untuk memerdekakan atau merubah nasib suatu bangsa, merekalah yang melakukan politik untuk melawan bentuk-bentuk penjajah terhadap rakyatnya. Selanjutnya merekalah yang akan membangun kedisiplinan rakyat dan melakukan gerakan politik dan mengajarkan masyarakatnya secara langsung atau dengan skenario lain untuk memberi pendidikan bangsanya.

Suatu bangsa akan sulit dijajah oleh bangsa lain, jika banyak elemen yang paham dan mengetahui keberadaan mereka yang berjalan di depan yang mencerahkan kehidupan rakyat meski bukan dalam kepemimpinan formal, terdapat kelompok masyarakat yang yang berjuang dengan ciri-ciri penguatan bangsanya, misalnya sebagai berikut:

Pertama, Terdapat orang atau sekelompok orang yang memperjuangkan, mempertimbangkan kredibilitas bangsanya atau rakyat dalam esensi perubahan, meski ia tidak disenangi oleh rakyatnya secara umum dalam proses politik perubahan, meski mereka melawan arus dalam proses perubahan sosial, mereka juga tidak mementingkan kebijakan populer sebagaimana pekerjaan politik kelas demagog. Tetapi mengutamakan kualitas, rasionalitas kepentingan suatu bangsa yang hanya sedikit orang memahaminya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun