Mohon tunggu...
Taofik KHidayat
Taofik KHidayat Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Dengarlah Jerit Peternak yang Terjepit!

3 Desember 2018   16:44 Diperbarui: 4 Desember 2018   22:41 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jagung pakan (credit: cakrawalamedia.co.id)Gambar dari https://www.cakrawalamedia.co.id

Ada fenomena yang terjadi pada ayam-ayam kita. Bila diperhatikan, belakangan ini kaki ayam kita semakin pucat. Warna ceker ayam tidak sekuning biasanya.

Menurut beberapa peternak tradisional, pucatnya ceker ayam itu bukan berarti si ayam sakit. Apalagi si ayam ketakutan hingga pucat pasi. Alasan sebenarnya adalah karena kurangnya jagung dalam bahan pakan ayam kita.

Fenomena ayam kaki pucat itu mulai bisa terlihat dalam rentang waktu satu-dua bulan terakhir. Itu terjadi seiring dengan makin mahalnya harga jagung di pasaran. Yakni sekitar Rp 6000 per kg, jauh di atas harga patokan pemerintah yang di kisaran Rp 4000 per kg.

Akibat jagung yang mahal tadi, para peternak rakyat mencampur lebih banyak gandum dalam pakan ayamnya. Sehingga warna kuning di kaki ayam, jadi lebih pucat.

Kenyataan itu diungkapkan Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) yang merasakan kualitas pakan ternak setiap waktu semakin memburuk. Bahkan, kandungan kualitas jagung di pakan ternak menurun, yang dari 50 persen menjadi 25 persen. Setali tiga uang, asosiasi pabrik pakan juga menyatakan yang sama. (link berita https://indopos.co.id )

Hal itu berakibat pada produktivitas ayam yang dipelihara peternak. Selain warna ceker yang makin pucat, pertumbuhan ayam mereka jadi lebih lambat.

Kondisi ini semakin sulit karena peternak tidak diizinkan menjual ayam dengan tinggi. Sebab, peternak akan ditekan oleh Satgas Pangan saat itu juga. Bila harga dinaikkan karena jagung juga mahal, peternak disikat. Bila harga tidak dinaikkan, peternak akan menderita kerugian. Di sinilah jerit para peternak yang terjepit keadaan.

Masalah yang pangkal soalnya berasal dari jagung yang langka dan mahal ini sebenarnya sudah sampai di telinga pemerintah. Para peternak berteriak karena di satu sisi pemerintah mengklaim produksi jagung nasional pada tahun ini surplus hingga hampir 13 juta ton. Oleh karena itu, pemerintah tidak mengeluarkan ijin impor jagung. Tapi di sisi lain, peternak kesulitan memperoleh jagung untuk bahan pakan.

Klaim surplus jagung terdengar seperti omong kosong di telinga peternak. Karena kenyataannya, tidak ada jagung yang bisa ditemukan di pasaran. Kalaupun ada, harganya setinggi langit.

Klaim surplus makin terdengar sebagai pepesan kosong ketika akhirnya Kementerian Pertanian (Kementan) mengajukan impor jagung sebanyak 100 ribu ton di akhir Oktober kemarin.

Sayangnya hingga saat ini, belum ada penambahan stok jagung yang bisa dibeli peternak kecil dengan harga murah. Bila Kementan sejak jauh-jauh hari menghindari klaim surplus produksi, mungkin saja impor bisa segera dilakukan dan stok jagung bisa lebih cepat dikucurkan. Sehingga ayam kita tidak terlanjur pucat seperti sekarang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun