Dus bukan semata-mata tidak berkenan namun juga mengakali logika. Bagaimana bisa penindasan kelas dianggap alamiah?. Wenak tenan uripmu lek ora usah angel angel golek argumen.Â
Kilasan demi kilasan saya dapat saat jalan-jalan santai dari rumah ke jalan raya. Saya jadi terusik dan membolak balik nalar logika yang saya tangkap. Bagaimana sebuah peristiwa sosial dianggap lumrah bahkan alamiah.Â
Tentang kelas penguasa kartel politik dan ekonomi di Indonesia modern. Bukankah teori teori menjelaskan tentang ketimpangan bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Ia adalah produk sadar rancang bangun pengusung gagasan. Bahkan lestari sampai saat sekarang.
Ini yang buat saya judek dan sedikit mangkel bahwa semua itu semata-mata tipuan intelektual. Sikap dan perilaku membodohi liyan yang nggak berkuasa. Ditambah sikap masa bodoh dan merasa tidak bersalah kompleks dan klop pokoknya.
Maka saya ambil kesimpulan atau kemungkinan menghadapi kelompok tersebut dengan jalan koperasi. Entah koperasi primer bahkan sekunder semata-mata mengangkat martabat kemanusiaan. Memang seolah instan namun ketimpangan butuh penyesuaian agar sesuatu yang diberi cap alamiah mendapat jawaban yang logis.